Sepenggal Kisah yang Terlewat

Duh, detak jantungku seperti pasukan kuda yang sedang berperang. Cepat tak karuan. Andai dipasang speaker, sudah dipastikan suaranya akan terdengar sampai kelas sebelah. Hanya karena aku mendengar namanya disebut, degup jantungku sudah berloncatan hendak keluar.

"Pasangan pakaian adat dari Maluku adalah Sasa dan Ayub," suara bu Ani dari lapangan. Sontak suara tepuk tangan dan siulan teman-teman semakin membuat kedua lututku lemas. Aku berpasangan dengannya? Cowok tinggi, hitam manis, model rambut ala Aron Kwok, dan satu lagi, senyum manisnya ga kuaattt. Dia pendiam, hanya tersenyum setiap diledek, membuatku penasaran.

"Asyik, Sasa dengan Ayub. Pasangan serasi nih ye!" suara sorakan masih terdengar saat aku dan Ayub masuk ke dalam barisan pasukan adat. Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara tujuh belas Agustus tahun ini juga akan dimeriahkan oleh karnaval SMP dan SMU se kabupaten Nganjuk. Untuk tahun ini aku mendapat bagian berdandan memakai pakaian adat Maluku. Berpasangan dengan cowok super diam. Yang diam-diam membuat jantungku sering terasa lepas.

Acara karnaval ini tinggal esok. Hari ini bu Ani ingin mengadakan gladi bersih. Menentukan tempat barisan kami ada di mana. Agar besok saat berjalan beriringan sepanjang kota, kami tidak kebingungan ataupun keluar dari barisan.

Kulihat sebelahku. Hanya terdiam dan sesekali tersenyum. Tak keluar suaranya mengajakku bercakap-cakap. Padahal aku menanti saat-saat seperti ini. Bisa dekat meski tak berucap sepatah kata pun.

"Pakaian adat punyamu sudah diambil di salon belum?" akhirnya aku membuka percakapan. Semoga tidak tercium kegugupanku.

"Sudah," jawabnya sambil tersenyum.
Senyum lagi, sambil menatapku. Jantungku berhenti berdetak sesaat. Dia menatapku? Wow, hatiku langsung menari tak jelas. Ada rasa bahagia. Inginnya karnaval setiap hari bersamanya. Hehehe...

Tak banyak yang terucap. Hanya senyum dan sebuah wajah manis yang masih terpatri sampai saat ini. Wajah yang tak bisa kulupakan, meski sudah 21 tahun yang lalu. Mengapa? Aku sendiri juga tidak tahu kenapa.

Dia adalah sebentuk wajah kala kami masih SMP. Sebaris senyum yang mungkinkah masih sama. Potongan rambut belah tengah yang waktu itu hanya dia. Dari sekian wajah teman laki-laki di SMP, hanya wajahnya yang tak bisa kulupa.

Itulah sepenggal kenangan yang aku sendiri bingung, apakah merupakan pengalaman hidup yang berkesan atau tidak. Setidaknya aku tahu. Ketika anak gadisku bercerita tentang dag dig dug jantungnya saat bertemu dengan lawan jenisnya, aku juga pernah merasakan. Dan bisa mengajaknya berdiskusi. Apa yang sebaiknya dilakukan. Mudah-mudahan aku selalu menjadi tempat cerita bagi anak-anakku.

#One Day One Post
Tantangan pengalaman hidup paling berkesan
Maret minggu ke-4

Share:

23 komentar

  1. Baju adat, biasanya dipakai karnaval dan nikah hehe

    ReplyDelete
  2. Mup on,. Haha. Dari esempe mba..? Wow... hha..

    Makasih infonya mba,. Untuk tantangan minggu ini.. hh

    ReplyDelete
  3. Mudah2an suami mba Lisa gak baca ini ya :D

    ReplyDelete
  4. cie cieeee ...
    cah kae maneh =D hahaha
    dan aku di daulat berpakaian suku Dayak ketika itu Lis :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahaha...embuh her, ga fokus nulis kuwi...lgi eling cah kae..jd ne tulis wae..

      Delete
    2. hahahaha...embuh her, ga fokus nulis kuwi...lgi eling cah kae..jd ne tulis wae..

      Delete
  5. wahh... tentang first love yaa mbak^^

    slalu ada pengalaman yg akan kita ceritakan kpd anak2 biar mrk bisa bs mengambil plajaran dr pengalman trsebut.:))

    ReplyDelete