Tak Seperti Malin Kundang

Ummi menghela nafas, nampak Ummi menahan kekesalan agar tak sampai keluar nada keras dari ucapan beliau. Akhirnya  ummi tersenyum menghadapi Hawa, yang sekarang terduduk di lantai.


"Ka Hawa, lain kali jika ingin bermain sepeda tolong ijin sama Ummi ya, jangan pergi begitu saja. Ummi dan Kaka Bila jadi bingung mencari," Ummi menjelaskan kepada Hawa.

Hari ini Hawa menghilang, tepatnya pergi bermain sepeda tanpa ijin terlebih dahulu. Tentu saja Ummi kebingungan mencarinya. Mencari di tempat biasa Hawa bermain sepeda tak ada. Menanyakan kepada teman-teman yang biasa bermain dengannya jawabannya tidak tahu. Sampai sore Hawa belum juga pulang. Menjelang magrib barulah ia sampai di rumah. Lega bercampur ingin marah melihat Hawa pulang dengan kondisi tak kurang suatu apa. Usut punya usut ketika ditanya oleh Ummi, ia bermain sepeda pergi ke rumah Wa Ita yang jaraknya cukup jauh dari rumah.

Dipeluknya Hawa sambil berkata, "Jangan diulangi lagi ya, Nak, buat Ummi dan Kaka Bila bingung."
"Iya, Ummi. Kaka akan ijin kalau mau main sepeda." jawab Hawa.
"Ummi tidak mengutuk Kaka jadi batu?" tanya Hawa mengejutkan Ummi.
"Kenapa Kaka bertanya begitu?" penasaran Ummi bertanya.
"Kan Kaka sudah bikin Ummi marah. Malin Kundang dikutuk oleh ibunya jadi batu karena membuat ibunya marah. Kaka tidak dikutuk kan?" polos Hawa menjelaskan. Ummi tersenyum dan menjawab, "Tidak, Sayang."

"Makasih ya, Ummi, tidak mengutukku jadi batu. Ummi memang baik, tidak seperti ibu Malin Kundang yang tega mengutuk anaknya jadi batu. Kan kasihan ya, Mi, dikutuk jadi batu. Harusnya didoakan supaya Malin Kundang berubah," panjang lebar Hawa menjelaskan kepada Ummi sambil memeluk Ummi. Kaka Bila yang mendengar jawaban Hawa tertawa. "Dasar Dede Hawa ya, ada-ada saja ngomongnya."

Ummi tertegun mendengar penjelasan Hawa. Untuk kedua kalinya kedua putrinya menyinggung tentang cerita Malin Kundang. Pasti mendapat cerita tersebut dari bu guru di kelasnya.

Saat usia Kaka Bila 5 tahun, ia justru menangis setelah mendengar cerita Malin Kundang dari gurunya di TK. Bu gurunya yang bercerita ke Ummi. Lama Kaka Bila menangis. Katanya ia kasihan dengan Malin Kundang yang dikutuk oleh ibunya. Sekarang Hawa juga seperti itu. Menganggap ibu Malin Kundang tega terhadap anaknya. Nanti malam harus diulang cerita tentang ini, sehingga Hawa mengerti, bahwa bukan itu tujuan cerita Malin Kundang dibuat.

Mudah-mudahan seiring waktu Kaka Hawa akan mengerti dan memahami makna tersembunyi dari cerita Malin Kundang.

#One Day One Post
Maret minggu ke-4
Cerita untuk anakku, terima kasih membuat Ummi melihat sisi lain sebuah dongeng.

Share:

17 komentar

  1. Lucu lucu banget nama anaknya. Bila dan Hawa, pola pikirnya sungguh luarbiasa mba. Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener, bisa memandang dr sisi yg berbeda, meski mash anak anak

      Delete
  2. Anak-anak memang begitu mbak Lisa. Kepolosannya dalam memandang sebuah cerita mengajarkan kita banyak hal berharga, yang kadang tak kita dapatkan dari orang dewasa.

    Anak yang hebat 👍
    Umminya juga hebat 👍

    ReplyDelete
  3. anak-anak lebih sering punya pola pikir yang mengejutkan..
    mereka anak-anak hebat

    ReplyDelete
  4. Lucunya cara berpikir anak-anak yang polos. :D

    Jadi bagaimana cara Umi memberi pemahaman pada mereka?
    #penasaran

    ReplyDelete
  5. Ih comelnyee ni dek Hawa dan kaka Bila ^^
    Pola pikir anak-anak kadang emang mengejutkan. Jadi justru bisa belajar dari anak-anak yang polos ya Ummi...

    ReplyDelete
  6. Kepolosan anak2 terlihat lucu tapi bnyk bljr kejujuran

    ReplyDelete
  7. Waahh baca tulisan ini jadi belajar juga mbak lisa..betapa seorang anak pun punya sudut pandang yang berbeda..

    ReplyDelete
  8. Wahh,, kadang kita memang perlu mengambil pelajaran dari anak2^^
    anaknya mba lisa luar biasa,,pinter amat ngasih jawaban..

    ReplyDelete
  9. dunia lewat mata anak2 kadang membuat kita tersadar pada sisi lain nya, tetap amazing mba, semangatttt

    ReplyDelete
  10. Kadang anak memang memiliki sudut pandang unik terhadap suatu hal yang malah jarang terpikirkan oleh orangtuanya.

    ReplyDelete