Buku Itu...

Mata Rida mengerjap, memaksa agar bola matanya benar-benar terbuka penuh. Kantuknya masih nempel di matanya, enggan mengajaknya terbuka. Maklum, ini masih tengah malam. Dikucek-kuceknya dua mata Rida, sekedar mengurangi ngantuk. Ia akan memasang kedua telinganya agar kejadian yang ia dengar kemarin malam bisa ia dengarkan sekali lagi. Masih dalam keadaan berbaring di atas tempat tidur bersprei merah Angry Birds, memeluk guling kesayangan dengan warna senada, Rida sengaja tak ingin bangun. Kejadian kemarin hanya ingin ia dengarkan kembali. Masih ingat kemarin ia mendengar percakapan di rak bukunya. Tak jelas di telinganya, karena ia ketakutan. Tapi suara itu sangat jelas, bercakap-cakap tentang dirinya. Malam ini Rida ingin mendengarkan lebih jelas apa saja yang dibincangkan.


Rida kembali memasang telinganya baik-baik. Segera ia singkirkan kantuknya. Dipandangnya rak buku yang ada di belakang punggungnya. Ada buku pelajaran sekolah dan beberapa buku yang suka dibelikan oleh ibu. Buku cerita dan ensiklopedi yang nyaris tak pernah disentuh oleh Rida. Semuanya berjajar rapi. Rak bukunya terdiri dari dua susun dengan lemari kecil di sanping kiri rak. Bagian bawah tak hanya sebuah laci untuk menyimpan pernak pernik kecil miliknya. Tas sekolah ia letakkan di meja yang bersatu dengan rak bukunya. Masih tergeletak bekas buku yang semalam belum ia masukkan ke dalam tas. Masih belum ada kegiatan mencurigakan seperti kemarin. Rida kembali berbalik arah, membelakangi rak belajarnya. Lampu kamarnya juga tak ia ganti dengan lampu terang. Biarlah tetap lampu tidur, agar percakapan kemarin bisa ia lihat tanpa diketahui.

Rida merapal doa sebisanya. Mudah-mudahan suara-suara yang ia dengarkan kemarin bukan suara dari hantu atau makhluk alien yang berkunjung ke kamarnya. Hii, Rida bergidik sedikit ketakutan.

Krusak, terdengar sesuatu yang mencurigakan dari rak belajar Rida. Segera Rida memasang telinganya dengan baik.

"Huah, ayo, bangun! Rida sudah pulas tertidur. Jangan sampai ia bangun seperti malam kemarin," kata sebuah suara.

"Iya benar, diskusi kita kemarin belum selesai. Aku ingin lebih tahu tentang kalian yang ada di atas sana. Ayo, turun!" suara lainnya menimpali.

Terdengar suara seperti berlompatan turun dari rak belajar Rida. Sambil lompat turun, suara itu beryuhui gembira. Siapa mereka? Apakah mereka makhluk penghuni rak buku ku? Dalam hati Rida bertanya-tanya.

"Hai, kawan. Aku tinggal di rak bagian atas. Kemarin belum sempat berkenalan. Aku dan kawan-kawanku adalah kumpulan ensiklopedi. Ada enam seri nih," jelas mereka yang menyebut sebagai ensiklopedi.

Apa? Ensiklopedi? Berarti mereka, buku-buku di rak meja belajar Rida. Buku yang semuanya berjajar rapi tersimpan di rak paling atas. Mereka bersuara? Siapa lagi yang akan bersuara? Rida sedikit ketakutan. Dipeluknya dengan erat guling merahnya, sambil tetap menajamkan pendengaran. Semakin Rida penasaran, tapi tak ingin berbalik melihat siapa yang bercakap-cakap. Nyali Rida tak cukup berani.

"Hai, ensiklopedi. Aku sering melihatmu di atas. Di sini kami adalah buku pelajaran Rida. Salam kenal yaaa,"

"Wah, kamu buku yang beruntung. Pasti sering dibuka oleh Rida. Bahkan dibaca ya, dari pada aku yang bahkan belum pernah dibuka oleh Rida. Hanya ibunya yang pernah membacaku lalu sengaja menyimpannya di rak Rida agar aku dibaca. Ternyata Rida tak melakukannya. Aku sedih sekali."

Suara yang mengaku sebagai ensiklopedi berkata pelan. Nampaknya mereka sangat sedih sekali. Rida mulai merasa bersalah. Ia ingat bagaimana ia merajuk kepada ibunya agar membelikan sepaket ensiklopedi tersebut. Namun Rida justru tak pernah membukanya setelah ibu membelikan.

"Hai, jangan sedih, kawan! Aku yang di bawah bersama buku pelajaran Rida saja jarang dibaca. Aku dan kawan-kawanku akan dibuka dan dibaca jika ia ulangan. Barulah aku merasa berfungsi. Kalau tidak, yaa seperti ini. Rida akan cuek saja, seolah nggak butuh kami."

Mendengar suara-suara buku pelajaran sekolah, Rida hanya bisa nyengir. Benar kata mereka, aku tak pernah membukanya kecuali saat ulangan.

"Padahal isi buku ku menarik lho, kawan." Lanjut cerita ensiklopedi. 
"Aku berisi tentang segala jenis binatang. Ada tentang tata surya. Ada juga tentang tumbuhan. Di dalamku kertasku penuh warna. Gambar ku juga sangat menarik." Lanjut ensiklopedia menjelaskan.

"Di saat membacaku, aku akan mengajak kalian berpetualang mengenal seluruh ciptaan Tuhan dengan baik. Seolah kalian melihatku langsung dan berhadapan denganku langsung."

"Kenapa ya Rida jarang membaca kita? Padahal jika Rida tahu, membaca itu banyak sekali manfaatnya. Rida bisa tahu tentang banyak hal. Pengetahuan Rida pasti akan luas."

"Tentu saja, bukankah membaca itu jendela dunia? Sayangnya Rida belum tahu itu. Makanya kita tidak dibaca. Sedih ya."

Mereka terus bercakap-cakap tanpa tahu bahwa Rida mendengarkan semua percakapan mereka. Rida merasa bersalah. Ia menyadari jika selama ini ia malas sekali membaca. Ia hanya senang meminta buku kepada ibunya, tapi enggan untuk membacanya. Pantaslah buku-buku itu protes, mereka merasa tak berfungsi. Seandainya ia rajin membaca, buku-buku yang tinggal di rak tersebut tak akan membicarakan tentang Rida. Ah, ini pasti juga sedih jika tahu ia jarang membaca buku.

Rida mulai merasakan panas di matanya. Ia menangis. Perbincangan buku-buku di raknya telah membuka hatinya. Ia akan berjanji, mulai besok ia akan mulai membaca. Merasakan mereka hadir di setiap kegiatan Rida.

"Maafkan aku, Ibu. Maafkan aku, buku. Aku berjanji akan membaca kalian. Agar aku menjadi orang yang luas pengetahuan dan tahu banyak hal." Ucap Rida dalam hati.

Rida tersenyum usai mengucap janji. Perlahan ia mulai merasakan kantuk. Matanya terpejam kembali. Ia sudah tidak ingin mendengarkan percakapan para buku. Ia ingin meneruskan tidurnya, menghabiskan sisa malam yang masih ingin dipeluknya.

"Selamat malam buku, terimakasih sudah mengingatkanku."

#OneDayOnePost

Share:

11 komentar

  1. MasyaAllah, perbincangan yang cukup menarik, bun lisa...
    Mengingatkan bahwa apapun itu, membaca tetap menjadi hal yang tak boleh ditinggalkan...

    ReplyDelete
  2. Dialog oleh buku. Bisa di jadikan cernak (cerita anak) ini mba. Di kemas dengan bahasa anak2 dan tokohnya di tambah... seperti pulpen,pensil, penggaris DLL.

    ReplyDelete
  3. Dialog oleh buku. Bisa di jadikan cernak (cerita anak) ini mba. Di kemas dengan bahasa anak2 dan tokohnya di tambah... seperti pulpen,pensil, penggaris DLL.

    ReplyDelete
  4. bahasanya ringan, nilainya lgsg kenak ke anak. keren bunda ..

    ReplyDelete
  5. Mba Lisa..
    Keren bgt idenya kreatif.
    Cerita2 kyk gini bisa dikirim ke Bobo loh...

    ReplyDelete
  6. Membayangkan adegannya seperti toy story.
    Ide kreatif, cara penuturannya juga bagus. Sarat nasehat.

    ReplyDelete
  7. awakmu ki jan jitu Lis nek golek ide ...
    aku sik buntu iki

    ReplyDelete
  8. wah mbak lisa kereennn, aku juga kesindir ini, hhoo

    ReplyDelete