Janji yang Terpenuhi part 2

"Pulanglah, Nak, jadilah guru di kota kelahiranmu. Ibu sendirian di rumah, tak ada temannya. Kamu juga sudah lulus S1. Pulang ya, Nak, " suara ibu di telepon. Ayi hanya termenung, memikirkan permintaan ibunya. Kapan lagi ia berbakti kepada ibunya kalau tidak saat ini?
"Iya, Bu. Akan Ay usahakan pulang. Ayi urus dulu semuanya ya, Bu."
"Syukurlah, kamu mau menuruti permintaan Ibu."


Telepon berlanjut memperbincangkan banyak hal. Ayi banyak bercerita tentang apa saja agar kerinduan ibunya bisa terobati. Ibu hanya sendirian, kedua kakaknya sudah pergi merantau semua. Dari awal Ayi juga sudah berniat untuk pulang. Mengajar di kota kelahirannya setelah lulus S1. Ingin lebih berbakti kepada ibunya. Besok ia akan mengurus segala sesuatunya.

Niat baik akan seiring dengan kekuatan doa seorang ibu. Kemudahan untuk mengurus pengunduran dirinya di sekolah swasta sudah diberikan. Tinggal mengepak semua perlengkapan yang perlu dibawanya. Barang yang ia rasa tak perlu dibawa pulang, ia lelang secara gratis untuk kenang-kenangan teman-temannya. Ia akan melabuhkan cinta dan pengabdiannya untuk ibu dan kota kecil tempat ia dilahirkan dan dibesarkan.

Sampai di sini, siluet kejadian masa lampau terhenti. Wajahnya tersenyum sekali lagi ketika menatap kertas kecil lusuh yang ia temukan. Hanya selembar kertas tapi mampu membawanya ke masa lalu bagai ia kembali melakoni setiap lembar ceritanya.

"Sedang apa? Kok dari tadi belum beres juga ngrapiin lemari. Malah senyum-senyum sendirian. Dan kertas apa itu?" suara lembut mengagetkan semua indera kesadarannya bahwa ia memang sudah kembali dari cerita masa lalu.

"Eh, nggak kok. Hanya sebuah kertas yang pernah berharap padaku, meski akhirnya kesampaian juga harapannya setelah empat tahun menulisnya." jawabnya.

"Coba aku lihat. Jadi penasaran. Surat cintamu dulu ya? Katamu kamu dulu hanya jatuh cinta padaku. Ada yang lainnya kah?" selidik dengan berbumbu percikan cemburu tercium dari pertanyaan yang terlontar. Diambilnya kertas lusuh itu dan dibacanya. Senyumnya melebar.

"Ay sayang, kamu masih menyimpan kertas ini? Kertas yang kutulis tahun 1997 dan saat itu aku membayangkan kamu sangat cantik jika memakainya. Berkerudung biru. Ayi, sungguh aku mencintaimu," dipeluknya wanita yang kini menjadi istrinya. Wanita yang ia khitbah setelah ia bekerja. Dan wanita yang ternyata benar-benar belum ada yang melamar saat Joe mengkhitbahnya. Sungguh suatu rencana yang tidak pernah kebetulan.

Ayi, wanita di hadapan Joe, yang berhasil menghadirkan siluet kenangan dari masa lalu membalas pelukan Joe. Laki-laki yang memutuskan tidak menjadikan ia pacarnya setelah tahu bahwa tak ada pacaran dalam islam. Mereka tak pernah berkomunikasi lagi setelah perpisahan dan kesepakatan kala itu. Dan Allah akhirnya mengindahkan semuanya tepat pada waktunya. Ia dilamar Joe tepat sebulan setelah kepulangannya di kota kelahirannya.

"Joe, jangan pernah lelah ya, temani aku di sepanjang usiamu," Ayi menatap wajah Joe.

Joe tersenyum. Anggukan kepalanya menjawab perkataan Ayi. "Kita akan saling menggenggam, saling menguatkan, dan saling mengingatkan. Jika salah satu dari kita tersakiti tidak sengaja, tetaplah ada bersama-sama. Kita tetap akan bertahan."

Indahnya...

Selesai pemirsa.

#OneDayOnePost
tantangan hari ke-27

Share:

13 komentar

  1. Wah, aku juga mau ada yg menemani disepanjang usia..ckckck

    ReplyDelete
  2. Wah, aku juga mau ada yg menemani disepanjang usia..ckckck

    ReplyDelete
  3. Berasa baca novel penulis yang sudah berpengalaman. Kereen mba. Ingin punya seseorang yang setia hihi

    ReplyDelete
  4. pehhhh ... kisahmu ki jan dalemmm banget Lis, tak share nek cah kae yo??
    heheee

    ReplyDelete
  5. So sweet...jadi pingin menjadi mbak ayi.... #ngarep

    ReplyDelete