Percakapan dalam Kotak bagian 2

Kami semua adalah mainan yang disimpan dalam kotak besar, tanpa tutup. Awalnya memiliki tutup, namun seiring waktu tutup itu menghilang. Mungkin dia memilih menjauh dari hebohnya suara kami apabila sudah berkumpul. Adapun kotak besar ini, tak pernah menampakkan kekesalannya pada saat kita ramai bercerita. Dia selalu tersenyum, memberikan kenyamanan kepada siapa saja yang disimpan di dalamnya.


Aku, mainan yang paling lama tinggal dalam kotak ini. Mainan yang lain memanggilku Badut. Semua perbincangan di dalam sini, hampir aku yang mengkoordinir. Ibaratnya, aku adalah moderator. Dan kami semua adalah milik seorang balita berumur satu tahun. Meskipun sebelumnya kami adalah milik kakaknya. Jadi turun temurun diwariskan. Dan aku lah yang mengenal semua generasi pemilik mainan ini. Aku sudah melampaui dua generasi.

Kami akan keluar dari kotak, ketika pemilik mainan kembali dari tempat penitipan. Kotak besar digulingkan, dan keluarlah apa yang ada di dalamnya, berhamburan. Dengan tertawa lucunya, dia akan mengambil kami bergantian. Dilempar-lempar, dipukul ke lantai, bahkan dimasukkan kembali dalam kantong plastik menjadi kegiatan yang tak pernah terlewat. Melihat dua tangan balita sibuk memainkan salah satu dari kami, lalu tertawa terkekeh, seolah ada hal lucu yang tercipta. Dan ini lah hal yang paling menyenangkan. Hingga suatu hari...

Si biru Doraemon menggantikan posisi mainan dalam kotak. Mainan bebek, donat warna-warni, bola empuk berkerincing, bulat-bulat kayu, dan aku tak lagi dipegang. Balita itu hanya mengambil si biru Doraemon. Kami pun ramai memperbincangkan.

"Apakah kita akan dibuang?" mainan bola empuk membuka suara. "Dia sudah tak pernah mengeluarkan kita lagi. Hanya si biru itu terus yang diambil." Tambahnya.

"Baru tiga hari kok, kita tidak dimainkan. Mungkin besok, atau besoknya lagi," lanjut Bebek menenangkan, seolah perkataan tersebut juga untuk dirinya.

Sontak semua mainan bersuara. Ada yang menjerit, ada yang mulai terisak, bahkan mainan seperti donat seketika keluar dari tiang dan berhamburan. Muncul ketakutan jika mereka dibuang di tempat sampah. Ngeri membayangkan badan dan tubuh akan bercampur dengan bau sampah. Pastinya tidak senyaman seperti berada dalam kotak besar ini.

Suasana dalam kotak sudah semakin gaduh. Aku harus menenangkan teman-temanku, agar kembali tenang.

"Ehem," sengaja aku berdehem, membuat suara sedikit lebih tinggi dari mereka. Sekejap ruangan dalam kotak menjadi sunyi. Semua mata menatapku dengan penasaran.

"Hai, Pak Badut, apa yang ingin disampaikan?" Apakah sebelum kami, pernah terjadi seperti ini?" tanya mainan warna-warni yang bisa berbunyi.

Aku tersenyum sebelum menjawab. 
"Ya, dulu juga pernah terjadi. Setiap dari kita yang sudah usang dan tak digunakan lagi, pasti akan dibuang. Tapi mudah-mudahan kita di sini akan terus bersama selamanya. Karena kalian dibuat dari bahan yang awet."

Terdengar koor dari semua mainan. Satu persatu mulai menampakkan senyum.
"Tapi kenapa kami tak pernah diajak bermain lagi?" tanya mainan donat warna ping dan memancing lagi keriuhan dalam kotak.

"Iya betul itu!" yang lain membenarkan pertanyaan donat.

"Karena pemilik kita sedang asyik dengan Doraemon. Nanti juga akan bosan dan bermain lagi dengan kita." Jelas Badut.

"Semoga," lirih terdengar berharap.
"Dan semoga juga kita tidak akan dibuang," ucapan yang diaminkan segera oleh lainnya.

"Kita hanya mainan, yang jika sudah usang dan tidak terpakai akan terbuang bersama sampah. Tak perlu sedih, toh kita sudah pernah membuat pemilik kita tersenyum, menemaninya bermain. Itu saja sudah menyenangkan. Yang penting kita sudah memberi manfaat." Lanjut pak Badut menasehati.

Semua membenarkan ucapan pak Badut. Selama masih digunakan, mereka akan berjanji menjadi mainan yang menyenangkan dan memberi manfaat, setidaknya bisa membuat tersenyum pemiliknya.


#OneDayOnePost
#Tantangan terakhir bulan April
#Keep Writing

Share:

6 komentar