Kotak Bekal untuk Teman bagian 1

Bulan mendekati mamanya yang sedang sibuk menyiapkan bekal sekolahnya. Memasukkan roti tawar yang sudah dioles selai coklat kesukaannya. Tak ketinggalan susu kotak rasa vanila juga dimasukkan ke dalam tasnya. Ragu-ragu Bulan hendak bicara. Dia hanya memandang mamanya. Dua tangannya memegang pinggir rok merah. Memilinnya untuk mengusir rasa takut. Ya, tiba-tiba Bulan takut untuk bicara dengan mama. 

"Ma, " pelan suara Bulan terdengar. Tangan kanannya masih memegang rok seragam. Tangan kirinya memegang tangan mama. 

"Iya, Sayang," Mama menatap putri keduanya penuh selidik. Ada sesuatu yang sepertinya ingin dibicarakan oleh Bulan. Tampak dari wajahnya yang sedikit bingung. Dan tangan kanannya menjelaskan ke Mama. Kebiasaan Bulan jika sedang cemas, takut, atau ada yang mengganggunya.

Mama duduk jongkok. Dua tangan Mama diketakkan ke pundak Bulan. Penuh sayang Mama menatap wajah Bulan. Hal ini membuat Bulan sedikit lebih tenang. Dia tersenyum. Tangannya yang tadi asyik memainkan rok merah berhenti. Berganti memegang pipi Mama.

"Ma, boleh ya, hari ini aku bawa roti tawarnya tiga lembar. Untuk temanku."

Mama tak langsung menjawab. Hari ini sudah kelima kalinya Bulan selalu meminta membawa bekal lebih banyak. Mama mulai curiga. Setiap  ditanya alasannya untuk temannya. Tapi kok setiap hari? Sesekali bolehlah berbagi dengan temannya.

"Mama boleh nanya?" tanya Mama.

"Nanya apa, Ma? Nggak boleh ya, aku bawain buat temen aku?"

"Bukan begitu. Mama hanya ingin tahu. Sebenarnya buat siapa sih, Bulan selalu bawa bekal lebih banyak?"

Ditanya seperti itu oleh Mama, Bulan terdiam.

"Buat siapa, Sayang?"

"Buat temanku, Ma." Lirih Bulan menjawab. Mama semakin curiga.

"Siapa nama temannya?"

"Mila, Ma," Akhirnya Bulan menjawab dengan suara hampir tidak terdengar. Mama mengernyitkan dahinya. Mama baru mendengar nama teman Bulan. 

"Oh... satu lagi buat siapa?"

"Temannya Mila." Kali ini Bulan tak bisa berkutik. Rasa penasaran meminta jawabannya.

Mama berdiri. "Maaf, ya, Sayang. Hari ini Bulan bawa bekalnya untuk Bulan sendiri saja yaa. Soalnya tidak ada lagi roti tawarnya." 

"Tapi, Ma..." Kepala Bulan langsung tertunduk. Dua tangannya mulai memilin pinggir rok merah yang dipakai. Mama terus mengamati. Ada yang aneh.

"Nah, sekarang berangkat ya. Bekal sudah siap di tas Bulan." Kata Mama memberikan tas sekolah ke Bulan. Meletakkan di punggung Bulan. Namun Bulan tak juga beranjak dari tempatnya berdiri.

"Ayo, Sayang. Keburu siang lho!"

"Bulan tidak ke sekolah kalau hanya bawa bekal roti satu. Bulan takut," Terdengar suara Bulan. Bersamaan dengan suara isak tangis Bulan. Masih berdiri mematung. Tas dipunggungnya diletakkan kembali dekat kaki Mama. Mama terkejut dengan perkataan Bulan.

Bersambung...

#OneDayOnePost

Share:

7 komentar