Setumpuk Maaf di Balik Kebisuan bagian 2

Sudah beberapa hari Nata tak melihat Andin muncul di kostnya. Kesibukan Nata di kantor juga membuatnya belum sempat menanyakan kabar sahabatnya. Apa yang terjadi setelah peristiwa menelfon tengah malam yang dilakukan Andin? Sore sepulang kerja ini, Nata bermaksud akan menelfonnya.

Bergegas turun dari Vario 125 warna biru, melangkah perlahan ke tempat kost. Sedikit kaget melihat Andin duduk dengan mata terpejam di kursi teras kostnya. Baru saja ia ada dalam angan Nata, tiba-tiba Andin sudah ada di hadapannya. Pelan ditepuknya pipi sahabatnya. Berharap tidak membuatnya terkejut.

"Ndin, lu belum pulas, kan?"

Andin membuka matanya. "Gue nggak tidur kok. Hanya merem aja, Ta."

"Lu sakit, Ndin?" tanya Nata menatap wajah Andin. Sedikit pucat dengan tatapan mata kosong, tak ada sama sekali semangat. Kusut menyimpan masalah. Wajah manis milik Andin seperti baju yang tidak disetrika, penuh lipatan tak teratur.

Andin menggeleng lemah. 

"Lu belum baikan sama mas Candra?"

Kembali hanya gelengan lemah Andin menjelaskan semuanya. Paham sekarang Nata dengan wajah kusut Andin. Masalah yang membuat Nata hanya tidur beberapa jam malam itu. Masalah dengan mas Candra.

Nata memeluk sahabatnya, ketika butiran bening mulai mengalir dari dua mata indah Andin. 

"Gue sudah minta maaf, Ta ke mas Candra. Tapi seperti biasa, mas Candra tak membalasnya. Hanya dibaca. Selalu begini. Begitu besar yaa, salahku, sampai-sampai mas Candra selalu mendiamkanku ketika aku berbuat salah?"

Tangisan Andin semakin pecah. Nata semakin erat memeluknya. 

"Aku sudah tiga kali minta maaf dalam tiga hari setelah kejadian malam itu. Aku nggak mau minta maaf lagi. Aku nggak mau ngemis maafnya lagi," Andin menyudahi ceritanya. Masih dengan tangisan. Nata memberikan segelas air bening untuk Andin, agar Andin lebih tenang. 

"Ya sudah, diamkan dahulu mas Candra seperti itu. Nggak usah dihubungi dulu. Mungkin kalian butuh waktu sendiri. Break dulu aja ya, sementara. Aku yakin mas Candra nggak akan betah tanpa tahu kabarmu." Nata mencoba membuat Andin lebih tenang.

Andin mengangguk menanggapi perkataan Nata. Hatinya mulai tenang. Meskipun masih ada rasa sedih. Hubungannya dengan Candra makin nggak jelas. Berdiam diri berarti membuat perang dingin ini makin lama. Andin yakin itu. Tapi hatinya sudah terlanjur luka. Andin akan melakukan saran Nata. Biarkan semuanya membaik dengan hitungan waktu. Walaupun Andin membenci hal itu. Saling diam, hanya menyimpan maaf di balik kebisuan masing-masing.

#OneDayOnePost

Share:

5 komentar