Kancil dan Kuda

Hasil gambar untuk gambar kancil dan kuda
http://4.bp.blogspot.com/
 Di hutan yang sangat luas ini tak ada binatang yang tidak mengenal Kancil. Binatang kecil bahkan cenderung kerdil. Namun namanya begitu membahana seantero hutan. Kecerdikan Kancil untuk meloloskan diri dari marabahaya membuatnya terkenal.

“Kancil, aku adalah Kuda dari padang rumput di sebelah hutan ini. Aku mendengar kekuatanmu yang mampu mengalahkan semua binatang buas di hutan ini. Untuk itu aku ingin bertanya kepadamu. Hal hebat apa yang membuatmu berhasil menjadi terkenal?” tanya kuda.


Kancil yang siang itu sedang asyik duduk di bawah pohon rambutan dengan mata sedikit terpejam, terpaksa harus membuka matanya. Sedikit malas ia menjawab.

“Apa yang membuatmu masih meragukankku, wahai Kuda?”

Ringkikan kuda bersamaan dengan diangkatnya dua kaki depan tinggi-tinggi. “Jelas aku meragukan kekuatanmu. Tubuhmu saja kecil. Bagaimana bisa kamu mengalahkan binatang yang lebih besar darimu. Pasti mereka hanya membual.”

Dengan sekali hentakan, bangunlah Kancil dari rebahan siangnya. Badannya diluruskan ke depan. Melenturkan otot-otot yang dirasanya kaku.

“Terserah apa maumu sajalah. Yang jelas aku sudah terbukti mengalahkan mereka yang mengaku raja hutan.” berkata begitu Kancil menepuk dadanya.

“Perlu kamu tahu. Aku mengalahkan mereka bukan dengan kekuatan yang aku miliki. Tapi aku mengalahkannya dengan akal yang Allah berikan kepadaku. Dan waktu itu mungkin memang hari keberuntunganku sehingga aku mampu mengalahkan mereka. Masih belum puaskah jawabanku?” tambah Kancil.

“Aku ingin bukti nyata darimu!” Kuda masih berkeras untuk membuktikan kekuatan Kancil.

“Kamu mau bukti apa?”

“Kita bertanding.” kata Kuda yang tahu bagaimana kemampuan berlari Kancil. Pasti akan kalah dengan kehebatan larinya. Lagi pula Kancil tak akan bisa menggunakan kecerdikannya kali ini. Kancil juga pasti akan menolaknya, pikir Kuda.

“Jika aku yang menang, maka kamu tidak lagi menjadi yang terhebat. Namun kalau aku kalah, aku akan mengakui kehebatanmu,” lanjut Kuda.

Di luar dugaannya, Kancil menyanggupi tantangan Kuda. Ia juga meminta Kuda menyetujui rute balapan yang dipilihnya. Tanpa berpikir panjang Kuda mengiyakan rute yang ditentukan Kancil. Balapan akan dimulai besok pagi saat matahari terbit. Di bukit kecil tepian hutan.

Pagi yang sudah ditentukan, Kancil dan Kuda sudah siap di garis start. Begitu aba-aba dari gajah berbunyi, secepat kilat kuda berlari. Ia mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk dapat mengalahkan Kancil.

Kancil yang sudah mengenal baik medan berlarinya, mampu menembus semak belukar yang ada di sepanjang bukit kecil ini. Sedangkan Kuda, ia harus bersusah payah untuk melewatinya. Semak belukar yang tumbuh membuat kemampuan berlarinya makin melemah. Hingga tidak disangka Kancil mampu memenangkan pertandingan itu. Ia tiba di garis finis lebih dahulu dari Kuda. Napas Kuda tersengal. Terenngah-engah memandang Kancil yang masih saja menggunakan akal cediknya, meskipun Kuda mengajaknya bertanding lari.

Kancil mendekati Kuda. “Kuda, kita semua sudah diberikan kekuatan yang berbeda oleh Allah. Kekuatan itu untuk digunakan pada tempatnya. Tubuhkku memang kecil. Tapi lihatlah.” Kancil berhenti sebentar. Menatap wajah Kuda.

“Di balik tubuh kecilku, aku diberikan kekuatan yang berbeda. Allah memberiku akal untuk membuatku bisa lolos dari bahaya. Jadi tidak ada yang perlu aku dan kamu sombongkan. Begitu pula dengan kemenanganku kali ini. Aku yang sengaja memilih medan lari ini. Karena aku sudah mengenal baik, tubuh kecilku akan dengan mudah melalui semak tersebut. Mungkin aku akan kalah jika bertanding denganmu di tempat lain.” jelas Kancil panjang lebar.

Kuda mengangguk setuju. Semua sudah diciptakan oleh Allah dengan kelebihan yang berbeda tiap binatang.

“Maafkan aku. Datang dengan kesombongan,” kata Kuda.

Kancil tersenyum. “Kita semua adalah sahabat.”

#OneDayOnePost

#UbahCeritaMenjadiLebihBernilaiMoral 

Share:

1 komentar