Lulu dan Loli bagian 2

Saudara, Gadis Gadis, Musim Panas
pixabay.com




“Ayo, cerita! Siapa tahu Mama bisa bantu,” lanjut mama sambil mengelus rambut Lulu.

Mata bulat Lulu menatap mama, meminta dukungan. Mama mengangguk, meyakinkan Lulu untuk bercerita.


“Loli curang, Ma. Masak dia selalu ngikutin apa yang aku ikuti.” Lulu mengambil napas, melihat reaksi mama. Mama masih menunggu kelanjutan ceritanya.

“Aku kan ganti ekskul, Ma. Aku bosan di IPA, aku ingin bisa di angklung. Eh, Loli juga ikut pindah.” Lulu mengakhiri ceritanya dengan bibir cemberut.

“Bukannya kalian senang bersama-sama?”

“Kali ini tidak, Ma. Aku nggak mau kesaing sama Loli. Tahun kemarin harusnya aku yang kepilih ikut lomba IPA. Gara-gara ada Loli jadi dia yang dipillih oleh bu guru.”

“Trus?” Mama masih belum paham.

“Ih, Mama kok belum ngerti sih! Kalau Loli ikutan ekskul sama kaya aku, pasti nanti yang akan kepilih lomba dia lagi, bukan aku!” jelas Lulu.

“Oh ... “ Bibir mama membulat, membentuk huruf O, pertanda mama mulai paham.

“Ngerti kan, Mama sekarang kenapa aku sebel sama Loli?” tanya Lulu dijawab anggukan kepala mama.

Ya, mama ingat, tahun lalu Lulu dan Loli bersemangat sekali belajar bersama untuk ikut seleksi lomba IPA mewakili sekolahnya. Entah kenapa bukan Lulu yanng dipilih, tapi Loli. Kata Lulu waktu itu, Loli lebih cepat mengerjakan soal seleksi yang diadakan sekolah. Rupanya hal ini membekas di hati Lulu. Merasa Loli menjadi saingannya.

“Lulu sayang, dengarkan Mama ya,” kata mama menggenggam dua tangan Lulu. Dipandangnya wajah Lulu dengan cinta.

“Lulu nggak usah mikir bakal kepilih atau tidak untuk mewakili sekolah. Yang penting Lulu harus berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan sekolah. Jika memang Lulu dianggap pantas untuk menjadi wakil sekolah dalam lomba, maka sekolah pasti akan memilih Lulu. Kalau pun Loli yang terpilih, bukan berarti Lulu berhenti berkarya kan?” jelas mama.

Lulu menundukkan wajahnya. Dalam hati ia membenarkan perkataan mama.

“Kalau Lulu ikut ekskul dengan hati dongkol karena ada Loli, yakin deh, Lulu nggak ikhlas ngikutin kelasnya. Karena sambil menggerutu, sambil kesal. Iya nggak?”

Lulu kembali membenarkan ucapan mama dalam hati. “Tapi Lulu ingin mewakili sekolah.”

Mama tersenyum. “Lakukan yang terbaik ketika ikut ekskul. Pasti bu guru akan memilih Lulu. Pokoknya Lulu harus tetap semangat, terus latihan, berikan yang terbaik!”

Lulu tersenyum. Hatinya mulai terasa lega. Menyimpan marah rupanya sungguh tidak enak. Lulu memeluk mama. “Makasih ya, Ma. Sekarang aku mau minta maaf sama Loli karena sudah marah kepadanya.”

Mama mengusap kepala Lulu dengan lembut. “Jangan terlalu sore ya pulangnya!”

Lulu mengangguk, berlari menuju rumah Loli. Mama hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. 

Tamat.

#OneDayOnePost
 





Share:

0 komentar