Rahasia Dibalik Sepatu bagian 2

Hasil gambar untuk gambar sepatu anak sekolah
www.lazada.com





“Hai, Bau! Tubuhmu yang bau bisa jadi berasal dari toko sepatu murahan ketika kamu dibeli pertama kali. Kalau kamu berasal dari mall sepertiku, pastilah kamu akan wangi terus.”

Mendengar Sombong mulai memamerkan asalnya, yang lain berpura-pura tidak mendengar. Hanya si Wangi yang menanggapi dengan senyum.

“Aku dahulu juga berasal dari mall besar sepertimu. Disusun dengan manis berjajar di etalase, dalam ruangan yang dingin. Orang yang memegangku sebelum memilihku tangannya halus. Tidak ada yang berbau. Terkadang aku hanya dilihat, karena aku disimpan di dalam kaca. Tidak dipajang. Aku pernah mengalami masa itu.” Mata Wangi menerawang jauh. Mengingat kejadian masa lalunya.

Semua yang mendengar memalingkan wajahnya dan menanti kelanjutan ceritanya. Jika memang Wangi pernah berasal dari mall besar, kenapa pertama kali ia berada di tempat ini, tubuhnya tidak baru lagi. Ada bekas jahitan di bagian tubuhnya. Bahkan bagian alas mulai tipis, pertanda mengalami gesekan sudah berkali-kali.

“Kalian tidak percaya terhadapku?” tanya Wangi melihat ekspresi teman-temannya yang nampak tidak percaya.

Bersih menggelengkan kepalanya. “Aku percaya padamu. Karena kulit tubuhmu terlihat berbea denganku yang memang asli dibeli dari pasar. Hanya saja, tubuhku makin kecil dan sudah tidak muat di kaki tuankku.”

Suara Bersih mengalihkan cerita Wangi. “Oh, iya, iya. Aku penasaran, kenapa kamu paling awet, padahal kamu sudah tidak muat di kaki tuanmu?” tanya sebuah suara.

Bersih tersenyum, “Karena kaki pemilikku hanya memakaiku jika sudah dekat dengan sekolah. Dari rumah aku akan dibungkus dengan katong plastik agar tidak terkena air sungai. Tuanku berjalan jauh untuk sampai ke sekolahnya. Ketika pulang pun aku hanya dibungkus, dijinjing.”

“Lalu kenapa pemilik tubuhmu tidak membeli yang baru?” Penasaran Sombong dengancerita Bersih.

“Karena orangtuanya tidak memiliki uanng yang cukup untuk menggantiku. Terkadang kulihat tuanku meringis kesakitan, saat ujung jari kakinya harus ditekuk agar muat. Itulah yang membuatku awet, sehingga aku bisa mengenal kalian lebih lama,” jelas Bersih.

Semua kepala mengangguk. Tanda prihatin nampak dari wajah mereka. Merasa iba dengan kaki yang memiliki Bersih.

“Hei, Wangi, coba ceritakan kembali bagaimana kamu bisa berda bersama kami dalam kondisi tidak baru,” ujar Bau memecah kesunyian.

Bersambung....

#OneDayOnePost


Share:

5 komentar