Naila dan Hawa bagian 3



“Kakak, ini kue buat Kakak!” kata Hawa menyodorkan kue putu ayu. Naila memandang adiknya. Rasa kesal dan marah ketika kuenya dimakan sudah lenyap mellihat wajah imut Hawa.


“Dedek beli lagi?” tanya Naila sambil mengambil kuenya. Hawa mengangguk.

“Makasih ya, Dek.” Berkata begitu, Naila mencium pipi adiknya.

Mereka berdua tertawa sambil menikmati kue putu ayu.

“Kakak, Dedek kuenya mau lagi ya,” pinta Hawa setelah satu kue sudah dimakannya. Naila mengangguk.

“Buat Dedek aja. Kakak satu juga sudah kenyang.”

“Asyik!” teriak Hawa senang. Empat kue putu yang harusnya dibagi dua, diambil oleh Hawa. Masih ada due kue lagi dalam kantong plastik.

“Dedek lapar?” tanya Naila heran.

“Nggak, kuenya mau Dedek simpan buat nanti,” jawab Hawa.

“Buat Ummi, Dek. Kan Ummi belum makan,” usul Naila.

Hawa terdiam, seperti memikirkan usul kakaknya. “Tapi kalau Dedek masih lapar, ya buat Dedek saja,” kata Naila melihat Hawa hanya terdiam.

“Eh, iya, buat Ummi deh!” putus Hawa.

“Baik ya adek Kakak!” usap Naila di kepala Hawa. Hawa tertawa dan menyimpan sisa kue putu ayu ke dalam lemari makanan.

“Adek Kakak gitu lho!” seloroh Hawa sambil bergaya. Dua tangannya diletakkan di pinggang, seperti seorang model. Naila menangkap tubuh Hawa dan memeluknya. Dalam hati ia berkata, meskipun sering dibuat jengkel, tapi Hawa adalah adik yang lucu dan menggemaskan.

“Kakak sayang sama Dedek Hawa.” Naila memeluk adiknya lebih erat. Hawa membalasnya. Abi yang dari tadi melihat kedua putrinya tersenyum.

***

Pelajaran yang bisa diambil dari cerita di atas adalah, belajarlah dari anak-anak. Marah mereka hanya sekejap, sesudahnya mereka akan lupa dengan pertengkarannya. Kemarahan mereka tak pernah bertahan lama.
Bahkan ketika mereka jengkel, mereka tetap akan mengingat bahwa adik atau kakaknya adalah orang yang mereka sayangi. Meskipun sesaat sebelumnya enggan untuk berbagi. Anak-anak akan cepat mengerti, dengan berbagi mereka akan bahagia.


Tamat

#RepostKisahAnakBaik
#OneDayOnePost







Share:

0 komentar