Di Balik Sebuah Dongeng


Hasil gambar untuk gambar dongeng
Image by google

Masih ingat dengan dongeng serial si Kancil? Atau kisah yang menceritakan asal muasal seekor binatang memangsa binatang lainnya? Contohnya kisah yang melegenda sebab burung Elang memangsa anak-anak ayam. Ada apa dengan dongeng di atas? Bukankah ada pesan moral yang bisa didapatkan?
 
Memang benar ada pesan moral yang bisa kita ambil dari cerita yang sering kita bacakan untuk anak-anak di rumah menjelang tidur malamnya. Namun, apakah kita sadar ada sedikit terselip pesan yang agak melenceng jika tidak kita perbaiki?

Perhatikan semua dongeng tentang Kancil. Dalam cerita dikatakan bahwa Kancil adalah binatang yang cerdik. Ketika dalam masalah Kancil selalu menemukan cara untuk meloloskan diri dari musuhnya. Ini sisi positif yang bisa kita tanamkan ke anak, yaitu berpikirlah jernih walaupun sedang menghadapi masalah besar. 

Eit, tunggu dulu! Ada kisah Kancil yang juga tidak seutuhnya mencerminkan perbuatan benar. Ingat ketika Kancil ingin mendapatkan makanan di seberang sungai sedangkan sungainya dihuni oleh banyak buaya. Apa akal Kancil?

Kancil mengatakan kepada buaya bahwa ia diutus oleh Raja Sulaiman untuk mengundang para buaya agar datang di jamuannya yang diadakan di istana. Untuk itu Kancil akan menghitung banyaknya buaya yang ada di sungai. Buaya yang sudah sering terkena jebakan Kancil masih saja percaya dengan tipu dayanya. Berbaris berjajar hingga ke seberang sungai. Kancil mulai menghitung dan sampailah ia di hutan yang banyak memiliki makanan tanpa bersusah payah. Hanya dengan mengakali buaya.

Pernahkah anak kita mendengar kisah ini atau menontonnya langsung dengan pendampingan kita sebagai ibunya? Jika ada orang tuanya saat menonton cerita ini, maka bisa kita katakan ke anak bahwa tindakan Kancil sangat tidak bagus. Ia melakukan hal licik, perbuatan yang tidak baik, yaitu berbohong. Ibu juga bisa menambahkan dengan pertanyaan lanjutan. Apa yang seharusnya Kancil lakukan untuk sampai ke seberang sungai tanpa harus berbohong kepada buaya? Kemudian biarkan anak melanjutkan sendiri kisah Kancil menurut versinya. Tentunya dengan cerita kebaikan dan kejujuran.

Misalkan saja dengan mengubah cerita Kancil dengan akhir yang manis seperti di bawah.

Kancil adalah binatang yang terkenal cerdik. Suatu hari ia ingin menikmati buah yang terlihat di seberang sungai. Sayangnya untuk menyeberangi sungai ia harus melewati kelompok buaya yang mendiami sungai. Kancil lama berpikir agar ia bisa sampai di seberang sungai tanpa harus menjadi santapan buaya. Akhirnya ia menemukan cara.

“Hai, Buaya yang baik hati. Bolehkan aku minta tolong?” seru Kancil di pinggir sungai memanggil Buaya.

Buaya yang terlihat paling tua muncul dari dalam sungai. Menatap tajam kepada Kancil. 

“Kenapa memanggilku?” tanya Buaya.

“Aku ingin meminta tolong kepadamu.”

“Apa yang bisa aku lakukan untuk menolongmu?” tanya Buaya lagi.

“Aku ingin makan buah yang ada di seberang sungai. Sayang sekali, aku tidak bisa berenang. Bolehkah aku meminta kamu membawaku ke seberang sungai?”

Karena Buaya adalah binatanng yang suka menolong, maka ia mau menolong Kancil.

“Naiklah ke punggungku. Aku akan membawamu ke seberang sungai agar kamu bisa makan buah itu.”

Nah, kita bisa mengatakan kepada anak bahwa binatang di hutan akan saling menolong temannya yang membutuhkan. Tidak perlu menggunakan kelicikan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. 

Apakah Ibu punya akhir cerita yanng lain untuk cerita Kancil ini?


#ODOPOKT2
#Postingan ini dibuat dalam rangka One Day One Post Blogger Muslimah





Share:

4 komentar

  1. Ibu adalah filter bagi anak-anaknya.
    Iya kita harus lihat dan telaah dulu sebelum bercerita pada anak2 ya, mba

    ReplyDelete
  2. Aku senang waktu kecil didongengin sama bapak. Sekarang pengennya bisa nulis dongeng dan cerita anak juga..kayak mba.. hihihi

    ReplyDelete
  3. Aku akan mengantarmu ke ujung sungai..Biar kamu tahu pemandangan sepanjang sungai itu indah sekali :)

    ReplyDelete
  4. Anak-anak sukanya dongeng tentang binatang dan tumbuhan, tapi yg dewasa sukanya dongeng Harlequin dan Drakor

    ReplyDelete