Nama Asli Atau Nama Pena


Hayo, mau yang mana? Buat apa sih?

Hohoho... gini loh sodara-sodara! Jadi, saya cerita dulu ya. Siap-siap camilannya.

Awal 2016 saya bergabung dengan komunitas One Day One Post (ODOP) yang didirikan oleh Bang Syaiha. Dari situ semangat nulis yang sempat padam kembali membara seperti hari kemerdekaan RI. Hahaha..gaya yaa. Tapi benar kok. Sejak bergabung dengan teman-teman yang hebat dengan semangat nulisnya, saya jadi ketularan untuk ikutan semangat. Secara, nggak mau kalah dong dengan yang masih muda. Umur boleh udah berlipat-lipat, semangat juga harus tak kalah lipatannya. Cieee...

Nah, sejak bergabung di situ dibahaslah tentang nama pena yang kalau bisa disamakan dengan semua akun medsosnya. Saya sih nggak sampek semedi lama buat cari nama pena. Saya pakai nama panggilan ditambah dengan nama anak saya. Jadi lah nama pena yang keren. Beres kan? Kok sekarang meributkan lagi nama pena?

Sabar Sodara-sodara, cerita masih bersambung. Kegalauan emak terjadi tatkala nama pena tidak sama dengan nama yang tertera ketika akan mengajukan buku sebagai poin lebih dalam jabatan saya. Nah, loh!

Jadi, saya dianggap tidak ikut menulis karena memakai nama pena yang berbeda dengan nama aslinya. Meskipun masih buku antologi sih. Belum buku solo. Makanya trus galau itu, harus pakai nama asli deh!

Emang nama aslinya jelek banget ya?

Enggak, nama asli saya justru mencerminkan kalau saya asli wanita Jawa. Nama pasaran sebetulnya. Banyak yang tidak tahu kalau nama panggilan jauh sekali dari nama asli. Tapi nama panggilan itu juga warisan dari Bapak dan Ibu. Bukan karangan saya yang pengen dipanggil begitu.

Siapa sih nama aslinya?

Hmm... kasih tahu nggak ya?
Kasih tahu aja deh!
Nama asli saya yang tertulis di KTP dan dokumen penting lainnya adalah SRI LESTARI. Trus ortu, tetangga, teman semuanya manggil saya LISA. Tuh, jauh kan nama panggilannya? Nama pena saya pakai EL-LISA.

Asli bukan karena tidak bangga dengan nama pemberian ortu lantas tidak mau pake buat nama pena. Bukan ya, karena pengen lebih singkat aja nama penanya. Mudah diingat juga. Namun, karena hal di atas tadi akhirnya ketika buat antologi buku anak, saya mencoba menggunakan nama asli. Lantas hebohlah dunia persilatan. Hehehehe...

Padahal perbedaan nama asli dan nama pena ini sudah sering menimbulkan sedikit masalah. Pernah nih, wali murid batal transfer biaya les gara-gara nama di nomor rekening bukan Lisa. Dikiranya saya kasih nomor rekening punya orang lain. Alamaakk...

Pernah lagi wali murid heboh pas awal tahun ajaran baru. Mereka tahunya wali kelas anaknya adalah Bu Lisa. Eee, pas baca di pengumuman kok wali kelasnya ganti menjadi Bu Sri Lestari. Hampir aja wali murid protes ke sekolah. Tepok jidat yang ini mah!

Lalu, baiknya bagaimana? Mau pakai nama asli atau nama pena?

Untuk selanjutnya saya akan memakai nama asli agar tidak diprotes ketika mengajukan sebagai poin tambahan dalam jabatan. Biar nggak ribet juga jelasinnya. Nama asli atau nama pena, dua-duanya baik. Udah, segitu aja, nggak boleh protes lagi!(ups)

#OneDayOnePost
#ChallengeEstrilook
#Estrilook

Share:

8 komentar