Elang Nuswantara adalah sebuah komunitas penulis pencinta budaya dan alam Indonesia yang beranggotakan para pejuang literasi Nuswantara dari Indonesia timur sampai barat. Berlatar belakang beragam, mulai dari Gen Z, Gen Milenial hingga Gen X. Yang menyatukan para Elang Nuswantara adalah semangat untuk nguri-nguri budaya dan mencintai Nuswantara, menyampaikan pesan-pesan leluhur dengan cara kekinian.
Komunitas
Elang Nuswantara lahir pada tanggal 14 Maret 2022. Digawangi Kirana Kejora, seorang writerpreneur, best
selling author,
dan produser film, sebagai pengampu kelas menulis. Bekerja sama dengan Miyaz
Script Agency – Dandelion Publisher melahirkan buku “Sang Mistikus Kasih”
karya Pasukan
Elang Merah. Dengan Karya
Murni Publisher melahirkan buku “Pesan yang Belum Sampai” karya Pasukan Elang Putih, dan dengan Ibu-Ibu Doyan
Nulis melahirkan buku “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” karya Pasukan Elang Biru. Nama
masing-masing pasukan, menurut Kirana, sesuai atmosfer kelas dan kelahirannya, menurut Kirana
yang anti memuji pasukan dan mentor
'galak' dengan jargon perilaku nomor satu, karya nomor dua. Tiga buku
prosa budaya filmis, berkonsep writerpreneur ini telah lahir dengan
selamat, tinggal landas
dari Perpustakaan
Nasional RI,
pada tanggal 21 Agustus 2022. Dihadiri
sebagian Elang Nuswantara yang banyak berasal dari luar kota Jakarta dan
komunitas/pegiat literasi maupun budaya.
Beragam sambutan dan testimoni penuh spirit dari pihak pemerintah maupun Pegiat Budaya membuka acara, yang bertabur doorprize dan bazar UMKM. Narasumber pengisi acara antara lain Ibu Yuli Maryani (Perpustakaan Nasional RI), Ibu Erwita Dianti (Kemenparekraf/Baparekraf), Ibu Dewi Yulianti (Kemendikbudristek), Ibu Rafita Meri (Balai Pustaka), Bapak Tukul Rameyo Adi (Yayasan Baruna Nusantara), Bapak Hedy Rahadian (Pencinta Budaya dan Sejarah, Pencipta lagu Kesaksian).
Pementasan berupa pembacaan puisi, tari, monolog, teater dan live painting karya Pasukan Elang Nuswantara menyemarakkan suasana. Lagu "Kesaksian" karya Hedy Rahadian sebagai penguat jalan mencintai budaya Nuswantara dilantunkan Trio Elang Nuswantara. Penulis tampil sebagai pengisi acara, panitia, merangkap EO. Selama ini koordinasi hanya lewat dunia maya, dan baru bertemu H-1 sebelum acara. Butuh energi yang tidak sedikit.
Ketiga
buku yang diluncurkan memiliki kalimat pamungkas yang sangat berarti sebagai
rangkuman seluruh cerita pendek yang terkandung di dalamnya. “Sang Mistikus
Kasih” karya 47 Elang Merah menuangkan kalimat sakti semesta tak pernah meminta.
Dia akan senantiasa menjaga jika kamu mengasihi dengan hati nurani. Sedangkan
“Pesan yang Belum Sampai” karya 18 Elang Putih menayangkan kalimat pemikat semesta mempunyai cara
membalas kasih sayang kita kepadanya. Sementara “Beri Aku Cerita yang Tak
Biasa” karya 28 Elang Biru hadir dengan kalimat elok cinta bukan hanya sekadar,
namun harus berujar dan berpijar.
Dan yang membanggakan, penulis paling muda ada yang
masih duduk di bangku SMP baik di Jawa maupun luar Jawa (NTT). Dukungan pihak
sekolah dan dinas terkait sangat nyata terlihat di acara penuh kegembiraan ini.
Tirto Adi (Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo), bersama Netti Lastiningsih (Kabid
Mutu Pendidikan) serta Suharsono (Kepala Sekolah SMPN 6 Sidoarjo) begitu
antusias terbang dari Jawa Timur, turut menghadiri acara. Dikarenakan, ada 6
siswa dari SMPN 6 Kota Petis ini turut menulis dalam buku “Pesan yang Belum
Sampai” dan mempersembahkan sebuah tari asli Sidoarjo, Banjar Kemuning.
Semoga
tiga buku karya Elang
Nuswantara bisa menjadi warna baru di dunia literasi tanah air, utamanya untuk
menambah cahaya
literasi budaya yang mulai redup karena beragam pengaruh budaya luar NKRI.
Siapa pun bisa bergabung menjadi Elang Nuswantara,
asal mau menulis budaya dan alam Indonesia dengan sepenuh rasa. Mau mendengar,
melihat, merasakan. Peka dan peduli, itulah penulis sejati. Silakan berkenalan
dengan IG @elangnuswantara.
Kirana sebagai pengampu, sangat berharap, dari Elang
Nuswantara akan lahir penulis-penulis pencinta kearifan lokal Nuswantara. Mau
melahirkan buku solo, baik fiksi maupun non fiksi dengan kemasan bernas,
kekinian, dan bermanfaat. Urip urup, pedoman penting seorang pelaku
literasi budaya.
Acara dimulai dari pukul 09.00 hingga 14.00 WIB dengan
sambutan luar biasa dari para tamu maupun pengunjung yang meramaikan bazar buku
dan produk UMKM. Didukung penuh oleh Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Ditjen
Kebudayaan, juga Fibi Jewelry, Miya'z, Makeupuccino, Stunniverse, Benik (Benang
Kain Klub), Gendis Cake, Pocari Sweat, SNRockerZ, Gramedia.
Semoga ini menjadi awal penerbangan Elang Nuswantara
yang baik dan bisa menjadi inspirasi para penulis pejuang.
Moto Elang Nuswantara “Menerbangkan karya, membuanakan jiwa dengan berkekasih semesta tanpa ketaksaan”.
Sumber artikel: Kirana Kejora