Libur tlah tiba, libur tlah tiba ….
Hore … hore … hore ….
Ah, tak ada lagi kesenangan selain liburan setelah satu semester berkutat dengan pembelajaran online. Apalagi jika liburan kali ini memilih untuk mengikuti anjuran pemerintah agar tidak ke luar kota. Memang, apa senangnya hanya liburan di dalam kota saja? Eit, jangan salah, Ferguso! Liburan di dalam kota saja tak akan mengurangi keseruannya. Apalagi jika menginap ke Hotel di Sudirman Jakarta.
Apa sih bedanya liburan tahun ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya?
1. Liburan tahun ini masih dalam suasana pandemi
Yap, betul banget. Si virus ini rupanya masih enggan pergi dari negara tercinta. Mau nggak mau kita memang harus berdamai dengan virus corona. Kalau kita ingin menghentikan perjalanan virus ini, sebisa mungkin mematuhi anjuran pemerintah. Masih ada banyak cara yang dilakukan agar liburan dalam masa pandemi ini tetap menyenangkan.
|
dunialisa.com |
“Ma, idola mama lagi jadi MC tuh?” seloroh anak gadis dengan suara yang lumayan tiggi volumenya.
“Idola yang mana nih? Yang duren atau yang bukan?"
Si kakak lantas tertawa dengan volume tak kurang dari yang pertama.
“Dua-duanya ada.”
Wah, saya langsung semangat dong! Maklum, meski sudah emak-emak, saya tetap suka dengan gaya anak remaja di rumah. Ceritanya mencoba mengikuti mereka agar saya bisa masuk ke dunianya.
Yap, anak gadis saya yang sulung sudah kuliah. Orang bilang, saya dan dia bukan seperti ibu dan anak, tapi lebih mirip kakak adik. Ditambah postur si kakak yang suka olahraga lebih tinggi dan berisi dibanding tubuh emaknya. Alhasil, saya justru terlihat lebih mungil dibandingkan dia.
Memiliki anak sulung dengan jenis kelamin perempuan, merupakan permintaan yang dikabulkan oleh Allah. Di awal menikah, saya dan suami memang inginnya anak pertama adalah perempuan. Dengan impian, dia nantinya biasa menjaga adiknya dan membantu emaknya. Lantas, benarkah hanya itu keseruannya? Oh, tidak, Marimar!!!
Berikut keseruan yang saya rasakan setelah anak bayik perempuan saya menjadi gadis remaja.
|
www.dunialisa.com |
Bicara tentang passion, sebenarnya apa sih, passion saya? Hmm … sempat mikir dulu nih. Hahaha ….
Kalau saya bertanya sama om google, maka mesin pandai tersebut akan mendefenisikan passion dengan berbagai pengertian. Intinya passion itu sesuatu yang dikerjakan tanpa pernah bosan, dikerjakan tanpa paksaan, tak pernah mikir untung rugi, sesuatu yang jika tidak dikerjakan hari itu maka akan merasa ada yang kurang, dan pastinya saat mengerjakannya akan membuat betah meski sudah dilakukan selama berjam-jam. Kamu sepakat dengan pengertian passion ini? Oke, baiklah!
Lalu, bagaimana dengan saya? Apakah pekerjaan yang sudah saya tekuni sejak tahun 2004 ini sudah sesuai passion? Kuy, kembali ke masa lampau!
Kalau ditanya begini, maka saya akan jawab, nggak juga sih, tapi masih nyerempet lah. Lha? Kok nyerempet segala? Hehehe ….
Menjadi guru tuh, memang nggak sesuai dengan impian ketika kecil. Bahkan melenceng dari passion saya yang senang menulis. Menjadi guru memang masih melibatkan kegiatan menulis, tapi menulisnya guru tuh seabrek, dan bukan menulis yang sesuai khayalan. Kan saya mah, senang berkhayal lalu menuliskannya dalam cerita. Profesi guru menulisnya tuh menulis RPP, menulis promes dan prota, agenda pembelajaran, menganalisis, menulis soal harian, mengoreksi, hingga menulis raport. Banyak kan? Memang sih, sekarang ada kegiatan menulis sebagai syarat utama kenaikan tingkat. Tapi yakin deh, menulisnya bukan karena memang suka dan sesuai passionnya. Namun, karena untuk naik tingkat, maka harus punya karya. Dan itu rasanya beda banget!
Ketombe nih seolah menjadi teman sekaligus musuh bagi rambut wanita. Loh, kok bisa? Bisa dong! Menjadi teman, karena hampir setiap wanita pernah berteman akrab dengan ketombe. Diusir dengan sampo berbagai merek tetap saja nggak mau pergi. Akhirnya, pasrah deh dengan menerima nasib berteman dengan ketombe. Seperti rambut saya ini, ketombe sudah menjadi teman bagi saya. Namun, jika sedang semangat-semangatnya, rasanya ingin sekali ketombe ini pergi jauh dan nggak usah balik-balik lagi. Lalu, saya mulai rajin banget perawatan rambut meski terkadang ketombenya muncul lagi. Sebenarnya, adakah cara menghilangkan ketombe kering agar tidak muncul lagi?
Hmm … apa sih yang nggak ada buat kamu? Pasti ada lah!
Ketombe itu menjadi masalah rambut dan kulit kepala yang paling banyak dikeluhkan oleh kaum wanita. Penyebab munculnya ketombe sendiri bisa terjadi karena berbagai faktor, yaitu stress, jarang membersihkan rambut, atau bahkan disebabkan oleh paparan dari polusi udara. Bahkan di kalangan kaum hawa sendiri, sering muncul pendapat-pendapat tertentu tentang ketombe ini. Wah, apa saja itu?
1. Katanya ketombe itu menular
Ketombe disebabkan karena jamur malassezia yang hidup di kulit kepala semua orang dan sangat mungkin untuk menyebabkan ketombe pada orang-orang yang sensitif terhadap jamur. Tentu saja ini tidak menular ya. Bahkan semua orang memiliki resiko yang sama untuk berketombe.
2. Konon, ketombe bisa bikin rambut rontok
Kalau ini sih, saya mengalami. Rambut menjadi lebih mudah rontok saat disisir karena ketombe saya memang itu tadi, berteman akrab di rambut saya. Logika mudahnya begini ya. Saat kulit kepala kamu berketombe, tentu saja akan terasa gatal. Tangan kamu lantas akan sibuk untuk menggaruknya sekadar mengurangi rasa gatal akibat ketombe tersebut. Nah, Gerakan menggaruk kulit kepala ini lah yang bisa membuat rambut menjadi lebih mudah rontok. Tidak hanya itu saja, Gaes! Ketombe yang muncul di kulit kepala akan menutup folikel-folikel rambut yang menyebabkan rambut baru sulit untuk tumbuh sedangkan rambut yang sudah tua akan terus rontok.