“Kenapa
kamu selalu bersembunyi di dalam cangkangmu?” tanya Milo suatu hari.
Aku
hanya mendengar suaranya yang sudah kuhapal. Milo, kucing dengan warna coklat
yang cantik sekali.
“Keluarlah,
kamu aman kok!” kata Milo.
Sedikit
demi sedikit aku mengeluarkan kepala dari dalam cangkang. Cahaya matahari
langsung menyambut begitu kepalaku berada di luar tempat persembunyianku.
“Kalau
kamu selalu ngumpet begitu, bagaimana kamu bisa tahu tentang info menarik? Atau
bagaimana kamu bisa belajar agar menjadi siput yang tak hanya bersembunyi
ketika musuh datang?” Milo langsung menyerbuku dengan pertanyaan.
“Aku
senang menjadi seperti ini!” jawabku.
“Itu
tidak akan membuatmu menjadi Siput yang dikenal oleh orang banyak. Orang tidak
akan pernah tahu kalau kamu tuh sebenarnya punya kemampuan lebih. Walaupun
hanya siput, sih,” kata Milo. Kalimat terakhir diucapkan oleh Milo dengan suara
yang pelan.
Aku
tertawa. “Memangnya, apa kelebihanku selain pandai bersembunyi?”
Milo
menepuk cangkangku dengan lembut. “Ayolah, Kawan! Aku tahu, ide-ide mu itu
sebenarnya bagus banget buat dijelaskan kepada semua orang. Jangan hanya
dipendam sendiri. Dan bergeraklah dengan cepat, meskipun kamu tidak secepat
langkahku!” jelas Milo.
Aku
masih terdiam mendengar penjelasan Milo. Aku berusaha mencerna semua
perkataannya dengan baik. Milo adalah sahabatku, sahabat seekor Siput yang
merasa nyaman dengan cangkang yang dimilikinya.
Pernah mendengar tentang kisah buah maja
yang pahit rasanya, lalu diabadikan menjadi nama sebuah kerajaan yaitu kerajaan
Majapahit? Kalau saya sih, pertama kali membaca tentang asal-usul Kerajaan Majapahit
saat kelas III SD. Waktu itu setiap kehabisan bahan bacaan, saya mulai mencari
cari majalah milik bapak atau ibu. Majalah ibu adalah majalah Kartini atau
Sarinah. Milik bapak adalah majalah Jayabaya yang berbahasa Jawa. Bahkan saya
mulai ngefans sama tokoh Anglingdarma juga dari majalah Jayabaya milik bapak
tersebut.
|
pixabay.com |
Dikaruniai anak laki-laki atau perempuan
sebetulnya sama saja, hanya berbeda jenis kelaminnya. Keduanya sama-sama amanah
dari Allah yang akan diminta pertanggungjawaban.
Ini adalah cerita fabel milik saya yang berhasil menjadi juara 2 dalam lomba yang diadakan oleh Jejak Publisher pada tahun 2018.
|
Add caption |
Leo adalah seekor singa jantan yang gagah. Dia memiliki
hobi yang unik, berjalan-jalan mengelilingi hutan dan menyapa semua penghuni
hutan setiap pagi hari sambil memamerkan surainya yang lebat. Dari kejauhan
tubuh Leo yang tegap selalu terlihat gagah saat berjalan. Apalagi surai
lebatnya, akan bersinar ditimpa cahaya matahari. Dan Leo begitu bangga dengan
surainya.
|
health.detik.com |
“Kak,
beresin mainanku!” kata El suatu waktu.
“Mbak
Hawa, ambilin minum. Aku haus!” perintah El di waktu yang lain.
Duh, El kok mulai sering nyuruh-nyuruh
kakaknya atau mbaknya untuk hal-hal yang biasanya dia kerjakan sendiri ya. Saya
kok mulai khawatir dengan sikapnya yang terkesan “bossy” ini. Benar nggak sih sikap El yang begini?
|
cnnindonesia.com |
“Paket!”
seru pengantar paket suatu sore.
Si
bungsu El paling semangat untuk mengambil paket dari mas pengantar. Padahal itu
paket biasanya bukan milik dia.
Si
Mbak nomor dua pasti akan membaca paket tersebut ditujukan kepada siapa.
“Kakak
belanja mulu ya, Ma,” ucap Mbak Hawa.
Kebetulan
si kakak masih belum pulang sekolah. Saya juga mikir, iya ya, kok si kakak
belanja online lagi. Kemarin baru saja dia dapat kiriman paket, sekarang kok
dapat lagi. Duh, sulungku sepertinya berubah jadi konsumtif nih! Saya nggak
boleh tinggal diam, khawatir perilaku ini akan terbawa hingga dewasa.
Istilah muka tembok atau bermuka tebal biasanya diberikan kepada orang yang tidak tahu malu atau yang sering dibilang sebagai orang yang urat malunya sudah putus. Siapakah orang yang bermuka tembok? Dia adalah orang yang sering melakuka kesalahan, kemaksiatan, dan kejahatan tapi masih tetap menampilkan diri sebagai orang yang terhormat, kelas satu, bahkan wajahnya akan memasang tampang bayi innocent untuk menutupi muka temboknya.
|
iphonelivewallpaper.blogspot.com |
“De,
sikat giginya yang bener ya!” ujar saya ketika mengoleskan pasta gigi ke sikat
gigi El.
“Aku
aja yang nyikat!” pinta El.
|
Pixabay.com |
Pernah nggak ikutan heboh seperti ini
setiap tahun ajaran baru dimulai?
Sudah menjadi tradisi di Indonesia ya, pagi-pagi
buta para orangtua sudah ada di kelas anaknya dan booking tempat duduk paling
depan. Bookingnya dengan cara meletakkan tas sekolah milik anaknya. Bahkan ada
yang rela menunggu sampai bel berbunyi agar tempat duduk yang sudah dibooking
tidak diambil siswa lainnya. Katanya, jika anaknya berhasil
duduk di deretan paling depan maka anaknya akan pandai. Kalau duduknya kebagian
di belakang nggak akan jadi pinter. Weleh-weleh, segitunya ya.
|
liputan6.com |
Saya
kalau ditanya oleh orang lain, apa sih rahasianya bisa bikin suami enggak
ngerokok lagi? Di sini nih, saya langsung bingung mau jawab apaan. Lha, saya
itu sejak menikah dengan suami pada tahun 2000 nggak pernah mengultimatum dia
untuk berhenti merokok. Padahal saya tahu, suami perokok sejak SMP. Kadang
terdengar celetukan dari teman-temannya yang tahu bagaimana dia merokok sebelum
menikah.
|
wajibbaca.com |
Pernah nggak sih ngalami kayak gini?
“Aku
mau guling yang dipake Mbak!” teriak El kecil dengan sedikit cadel.
“Ini
guling aku. Guling Dede yang itu!” tunjuk Hawa.
“Maunya
guling Hawa!” El kembali teriak hingga lupa manggil Mbak pada kakaknya.
Merasa
nggak ditanggapi oleh kakaknya, El pun mengambil tindakan. Ditariknya guling
yang sedang dipeluk oleh kakaknya. Adegan tarik menarik guling akhirnya
terjadi. Hingga akhirnya....
“Kasih
gulingnya buat Dede! Mbak Hawa pake guling adiknya. Ngalah dong buat adiknya!”
kata Ayah.
Ayahnya
kasih solusi karena adegan tarikan guling sudah bersaing dengan suara teriakan
kedua bocil.
Judul:
Stolen Heart
Penulis:
Pradnya Paramitha
Penerbit:
Medpres Digital
Cetakan
1 tahun 2012
Tebal
Halaman: 224 halaman
ISBN:
(10)979-911-194-3
(13)978-979-911-194-4
“Kejahatan termanis adalah ketika
kau curi hatiku, dan aku balik mencuri hatimu”