Ini Loh, 12 Keseruan Memiliki Anak Sulung Perempuan ketika Sudah Menjadi Gadis

 

keseruan anak sulung perempuan
dunialisa.com

“Ma, idola mama lagi jadi MC tuh?” seloroh anak gadis dengan suara yang lumayan tiggi volumenya.

“Idola yang mana nih? Yang duren atau yang bukan?"

Si kakak lantas tertawa dengan volume tak kurang dari yang pertama. 

“Dua-duanya ada.”

Wah, saya langsung semangat dong! Maklum, meski sudah emak-emak, saya tetap suka dengan gaya anak remaja di rumah. Ceritanya mencoba mengikuti mereka agar saya bisa masuk ke dunianya.

Yap, anak gadis saya yang sulung sudah kuliah. Orang bilang, saya dan dia bukan seperti ibu dan anak, tapi lebih mirip kakak adik. Ditambah postur si kakak yang suka olahraga lebih tinggi dan berisi dibanding tubuh emaknya. Alhasil, saya justru terlihat lebih mungil dibandingkan dia. 

Memiliki anak sulung dengan jenis kelamin perempuan, merupakan permintaan yang dikabulkan oleh Allah. Di awal menikah, saya dan suami memang inginnya anak pertama adalah perempuan. Dengan impian, dia nantinya biasa menjaga adiknya dan membantu emaknya. Lantas, benarkah hanya itu keseruannya? Oh, tidak, Marimar!!! 

Berikut keseruan yang saya rasakan setelah anak bayik perempuan saya menjadi gadis remaja.

1. Bisa saling tukeran novel 

Ini yang kami lakukan ketika si sulung sudah remaja. Dia minta izin ke saya untuk membaca koleksi novel saya yang genre remaja. Dan dia akan menanyakan kepada saya, penulis novel remaja yang seru versi emaknya. Maka dengan senang hati saya akan membantu memilihnya saat kami memutuskan mencarinya di toko buku.

Akhirnya tak hanya itu, saya yang lebih sering meminjam novel dia setelah saya kehabisan novel untuk dibaca di akhir pekan. Terkadang kami juga akan mendiskusikan isi novel yang baru kami baca. Seringnya saya yang memulainya. Menceritakan novel yang baru saja saya baca, lantas meminta pendapatnya jika dia menjadi tokoh utama dalam cerita dan apa yang akan dia lakukan untuk menyelesaikan konflik yang dihadapi.

Saya ingin tahu, sejauh apa dia membayangkan andai itu terjadi kepadanya, apa tindakan yang akan diambilnya. Pada moment inilah saya akan memasukkan nilai-nilai kehidupan kepadanya. Dan saat ini tuh begitu menyenangkan bagi kami berdua.

2. Bisa nonton film Bersama


Nah, kalau yang satu ini, selera anak dan emaknya agak melenceng. Si sulung suka banget dengan drakor, sedangkan saya hanya mau nonton jika konfliknya memang benar-benar bagus. Tapi berhubung anak gadis suka banget, mau nggak mau saya mencoba mengikuti filmnya. Tujuannya cuma satu sih, saya bisa nyambung dengannya. Tak hanya nonton saja, tapi pastinya saya tetap mengajaknya diskusi tentang isi film agar ada sesuatu yang bernilai dari tayangan film yang sudah ditonton. Dan si kakak dengan senang hati akan menceritakan serta membayangkan kejadian-kejadian dalam film seandainya dia menjadi tokohnya. Hampir sama dengan kegiatan membaca novel.

3. Teman diskusi yang asyik

Tak hanya novel dan film, anak sulung perempuan juga asyik serta seru diajak berdiskusi. Biasanya si kakak akan menceritakan tentang teman-temannya di kelas, lantas dia akan menanyakan pendapat saya. Seperti ini misalnya:

Setiap malam minggu kami biasanya nyusul ke tempat kerja bapaknnya anak-anak. Nah, seringnya ketika ikut membantu bapaknya melayani pembelian pulsa, ada saja teman si kakak yang mampir membeli bersama pasangannya. Di sini lah dia akan menanyakan pendapat saya.

“Ma, itu teman aku sudah pacarana. Malam minggu begini selalu diijinkan oleh mamanya keluar rumah. Kalau Mama, andai kakak begitu, diijinkan nggak?”

Atau lain waktu, dia akan bercerita jika temannya yang lain ada yang berbohong kepada mamanya agar mendapatkan ijin keluar rumah sama pacarnya. 

Apakah saya akan menanggapi dengan serius?

Hehehe … meski terkadang ada was-was kalau si anak gadis akan terbawa oleh mereka, saya tidak serta merta memberikan penilaian yang negatif. Saya hanya akan mengajaknya berdiskusi dengan meminta pendapatnya terlebih dahulu. 

“Menurut Kakak, gimana tuh?’

Dari sinilah, diskusi asyik akan berlangsung antara saya dan anak gadis. Hingga saya pun tahu bagaimana tipe cowok yang disukainya. Biasanya saya juga akan menceritakan kisah remaja di masa lalu.

4. Teman curhat yang nggak ngebosenin

Ini sudah menjadi semacam keharusan buat kami. Jika salah satu dari kami BeTe, maka kami akan bercerita. Entah hanya sebagai pendengar atau saya akan menanggapi curhatannya. Dari hal remeh temeh sebagai curhatan, atau hal yang aneh sekalipun bisa menjadi bahan curhatan. Yang pasti, anak gadis berasa teman sendiri.

5. Asyik diajak hang out ke mall

Ini sih, emang maunya emak dan anak gadis. Meski tahu dompet emaknya ngepas banget, kami akan tetap jalan dan hanya cuci mata. Tujuannya ya hanya buat senang-senang saja. Melihat deretan buku di rak Gramedia, syukur-syukur bisa ikut membaca dari buku yang segelnya sudah terbuka.  Rasanya asyik banget, karena dia akan paham banget bahwa hang out ini hanya cuci mata.

6. Bisa dimintain bantuannya soal IT

Terkadang, saya rada kebangetan. Keinginan untuk mempelajari kemudahan teknologi, terbentur lamanya memahami. Dan ini akhirnya akan berujung di tangan si kakak yang bantuin ngoprek. Dia akan lebih cepat paham dibandingkan saya. Ini adalah salah satu keseruan tersendiri.

Bukan hanya soal IT saya suka minta tolong padanya. Untuk ngoreksi atau membantu analisis soal ulangan, biasanya dia juga bersedia.

7. Jadi punya teman remaja juga

Prinsip saya, teman si kakak adalah teman saya juga. Makanya ketika mereka bermain ke rumah, biasanya saya mencoba ikut akrab dengan mereka. Berhasil? Alhamdulillah, berhasil. Saya mengenal hampir temannya satu kelas ditambah teman satu tim basketnya. Saya juga memiliki nomor mereka. Bukan saya tidak percaya dengan si kakak, tapi saya hanya ingin memantau dari jauh keadaaan si kakak tanpa menyinggungnya.

8. Teman buat diisengin dan jahil

Satu ini mungkin hanya saya yang suka jail dan usil. Saat si kakak masih di rumah, dia adalah sasaran pertama saya untuk saya jailin. Terkadang iseng saya suka kelewatan, tapi anak gadis rupanya sudah hapal dan tidak tersinggung. Dari sini, saya mencoba memahami sisi dirinya yang lain, agar kelak saat dia sudah berumah tangga, saya pernah tertawa bareng meski dia bukan lagi usia balita.

9. Bisa jadi tangan kanan saat saya dinas luar

Yap, ini menjadi tangan kanan banget buat saya ketika panggilan dinas ke luar kota tidak bisa saya elakkan. Maka semua tugas pengawasan kepada dua adiknya akan berpindah ke pundaknya. Alhamdulillah, sejauh ini, dia adalah tangan kanan yang paling saya andalkan. Rasanya nggak tahu lagi jika si sulung sudah kost dan saya mendapat dinas luar kota lagi. 

10. Bisa memakai aksesoris secara bergantian

Kalau yang lain lungsur pakaian atau apa pun itu biasanya dari emak ke anak gadis. Namun, saya kebalikannya. Seringnya anak gadis yang akan memberikan pakaiannya untuk dipakai buat saya karena sudah nggak muat di dia. Mau dilungsurkan ke adiknya, masih jauh kegedean. 

Terkadang kami juga gantian memakai kerudung dan printilannya. Tas juga termasuk menjadi barang yang kami gunakan bergantian. Satu yang saya nggak bisa gentian make adalah sepatu dan sandal si anak gadis. Ukurannya lebih besar dari ukuran saya. Hehehe ….

11. Lebih memahami dan mudah diajak kerja sama

Ini bener banget loh, saat saya menemukan kesalahan yang telah dilakukan oleh si kakak, maka saya akan mengajaknya berbicara dari hati ke hati lebih mudah. Rasanya dia mudah paham dengan persaan emaknya. 

12. Bantuin adiknya ketika ada PR

Ada kalanya kakak nomor dua kesulitan dalam PR nya dan hanya mau jika dibantuin oleh kakaknya. Maka saya akan menyerahkan pada anak gadis. Jiwa kakaknya yang disegani rasanya lebih cocok untuk mengatur dua adiknya. 

Nah, di atas tadi adalah keseruan jika memiliki anak gadis sebagai si sulung. Rasanya seperti muda lagi karena saya mendapatkan teman ngobrol yang usianya jauh di bawah saya. Jika sudah begitu, saya tak perlu menggunakan emosi yang meledak-meledak untuk menasihatinya atau mengarahkan si kakak kepada hal-hal yang kami inginkan.  

Bukan berarti jika anak pertama adalah laki-laki lantas nggak asyik, nggak juga ya. Saya juga yakin, anak pertama laki-laki pasti juga memiliki keseruan tersendiri yang nggak kalah seru dengan anak gadis.

Apakah ada yang ingin menambahkan karena memiliki pengalaman yang sama dengan saya? Boleh menambahkan di kolom komentar ya. Atau menceritakan bagaimana serunya jika anak pertama adalah laki-laki yang sudah besar?


Share:

0 komentar