Dunia Lisa
  • Home
  • Category
    • Mom's Corner
    • Curhat
    • Review
    • Literasi
      • Resensi Buku
      • Artikel
      • Cerita Anak
      • Reportase
      • Puisi
  • Lifestyle
    • Parenting
    • Traveling
    • Kuliner
  • Event
    • SETIP
    • ODOP Estrilook
    • ODOP Blogger Muslimah
    • Tantangan
  • About Me
  • Contact
Tradisi membangunkan sahur


Tadi pagi, tersiar berita seorang remaja di Citeureup Kabupaten Bogor berlumuran darah usai dipukul salah seorang warga menggunakan pistol jenis airsoft gun. Warga tersebut merasa terganggu saat remaja membangunkan sahur pada Minggu (16/03/2025) dini hari.

Di awal saya punya anak ketiga dan si kecil kebetulan belum genap empat bulan saat Ramadan tiba, itu adalah kelelahan tersendiri buat saya. Apalagi ketika jam 02.00 suara gaduh dari remaja membangunkan sahur mulai terdengar cukup keras berbunyi. Hal itu memberikan efek kaget dan berakhir dengan tangisan keras si kecil dengan durasi yang nggak sebentar, di situlah kesabaran saya seperti diuji. Terkadang berharap, pas depan tempat saya mbok ya o, mukul kentongan dan beduknya distop dulu karena saya punya bayi. Atau monggo mukulnya pelan saja, cukup teriak sahur, jangan sampai bayik saya nangis karena kaget. namun, sekali lagi, itu hanya batin saya dan grundelan saya yang nggak ebrani saya katakan pada anak remaja tersebut.

Setiap Ramadan, suara kentongan, rebana, toa masjid, hingga konvoi anak muda berteriak, "Sahur! Sahur!" menjadi fenomena yang sulit dilewatkan. Bagi sebagian orang, ini adalah nostalgia Ramadan yang hangat. Namun, bagi yang lain, ini adalah gangguan yang merusak tidur. Tradisi membangunkan sahur ternyata bukan sekadar budaya turun-temurun, tetapi juga menyimpan perdebatan antara pro dan kontra yang semakin relevan di era modern.

Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur

Tradisi ini bukan hanya khas Indonesia. Di berbagai negara Muslim, ada versi masing-masing. Di Mesir, misalnya, ada "Mesaharaty," yaitu orang yang berkeliling desa memukul drum dan memanggil nama-nama warga agar bangun sahur. Di Turki, para drummer memainkan irama khas, sedangkan di Maroko, ada nyanyian sahur yang disebut "Nafar."

Di Indonesia, kebiasaan membangunkan sahur dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari pemuda kampung yang berjalan keliling dengan alat musik sederhana, hingga masjid yang menggunakan pengeras suara untuk menyuarakan imbauan sahur.

Namun, apakah kebiasaan ini masih relevan di era modern? Mari kita bahas sisi pro dan kontra tradisi membangunkan sahur.


pro dan kontra membangunkan sahur

Pro: Romantisme Ramadan yang Menyatukan Komunitas

1. Memperkuat Rasa Kebersamaan

Tradisi membangunkan sahur bukan sekadar teriakan dan tabuhan alat musik. Ini adalah bentuk gotong royong, mengingatkan bahwa puasa adalah ibadah kolektif yang melibatkan seluruh masyarakat. Saat sekelompok pemuda berjalan bersama, berteriak “Sahur! Sahur!”, mereka menciptakan suasana Ramadan yang lebih hidup dan penuh semangat.

2. Membantu yang Sulit Bangun Sahur

Tidak semua orang mudah terbangun untuk sahur, terutama mereka yang memiliki pekerjaan berat atau tidur larut malam. Suara-suara yang membangunkan sahur menjadi alarm alami yang membantu mereka tidak melewatkan makan sebelum puasa.

3. Menjaga Tradisi dan Identitas Budaya

Di tengah modernisasi, banyak tradisi yang mulai luntur. Membangunkan sahur adalah salah satu dari sedikit kebiasaan yang masih bertahan. Jika dihapuskan, mungkin generasi mendatang hanya akan mengenalnya sebagai cerita lama tanpa pernah merasakannya secara langsung.

4. Aktivitas Positif Bagi Pemuda

Daripada berkeliaran tanpa tujuan atau terjebak dalam kegiatan negatif, membangunkan sahur bisa menjadi aktivitas yang lebih bermakna bagi anak muda. Mereka bisa lebih aktif dalam kegiatan sosial, sekaligus menikmati kebersamaan dengan teman-temannya.


Kontra: Gangguan Ketenteraman dan Relevansi di Zaman Modern


pro dan kontra membangunkan sahur


1. Mengganggu Waktu Tidur Orang Lain

Tidak semua orang menikmati suara berisik di tengah malam. Ada lansia, bayi, orang sakit, dan pekerja shift malam yang butuh istirahat. Meskipun niatnya baik, tradisi ini bisa menjadi gangguan bagi mereka yang sangat membutuhkan tidur berkualitas.

2. Teknologi Sudah Menggantikan Peran Tradisional

Di era smartphone dan alarm digital, kebutuhan akan dibangunkan secara manual semakin berkurang. Banyak orang sudah mengandalkan ponsel mereka untuk bangun tepat waktu. Apakah masih perlu ada sekelompok orang yang berteriak dan memukul drum jika alarm sudah bisa melakukan tugas yang sama tanpa mengganggu orang lain?

3. Kadang Berujung pada Perilaku Mengganggu

Tidak jarang, tradisi ini berubah menjadi ajang ugal-ugalan. Beberapa kelompok pemuda menggunakan toa dengan volume berlebihan, meneriakkan kata-kata tidak pantas, atau bahkan berkendara dengan suara knalpot yang memekakkan telinga. Hal ini justru menodai esensi Ramadan yang harusnya penuh dengan ketenangan dan kebijaksanaan.

4. Masalah Regulasi dan Ketertiban Umum

Beberapa daerah sudah mulai membatasi atau melarang tradisi membangunkan sahur, terutama jika dilakukan dengan cara yang mengganggu ketertiban. Di beberapa kota besar, ada peraturan mengenai kebisingan yang bisa membuat praktik ini dianggap sebagai pelanggaran hukum.


Solusi di Tengah Perdebatan: Jalan Tengah yang Lebih Bijak

Melihat perdebatan ini, bukan berarti tradisi membangunkan sahur harus dihapuskan sepenuhnya. Namun, perlu ada penyesuaian agar tetap bisa dijalankan tanpa merugikan pihak lain.

 

1. Gunakan Metode yang Lebih Santun

Alih-alih berteriak-teriak atau membunyikan alat musik dengan keras, cara yang lebih santun bisa dipilih. Misalnya, cukup dengan shalawat atau lagu-lagu Islami yang dinyanyikan dengan lembut dan merdu.

2. Atur Waktu dan Volume

Jika menggunakan pengeras suara dari masjid atau alat musik, sebaiknya tidak terlalu lama dan tidak terlalu keras. Cukup beberapa menit sebelum waktu sahur agar orang yang butuh bangun bisa terbangun tanpa mengganggu orang lain.

3. Gunakan Teknologi

Alih-alih membangunkan sahur dengan suara keras, mungkin bisa dibuat sistem berbasis WhatsApp atau aplikasi khusus yang mengingatkan warga untuk sahur. Cara ini lebih efektif dan tidak menimbulkan gangguan bagi yang tidak ingin dibangunkan.

4. Edukasi dan Sosialisasi

Pihak berwenang dan komunitas lokal bisa membuat panduan yang jelas mengenai tata cara membangunkan sahur yang tidak mengganggu. Dengan edukasi yang baik, tradisi ini tetap bisa berjalan tanpa menimbulkan konflik.


Kesimpulan: Tradisi atau Gangguan?

 

Tradisi membangunkan sahur bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan dan membawa kebersamaan, tetapi juga bisa menjadi gangguan jika tidak dilakukan dengan bijak. Sementara bagi sebagian orang ini adalah romantisme Ramadan, bagi yang lain ini adalah sumber stres.

Seiring perkembangan zaman, cara-cara membangunkan sahur mungkin perlu beradaptasi. Tidak harus menghilangkan tradisi, tetapi cukup dengan menyesuaikannya agar lebih relevan dan tidak mengganggu. Ramadan seharusnya menjadi momen yang membawa ketenangan dan kebersamaan, bukan konflik karena perbedaan cara menjalankan tradisi.

Menurut saya pribadi, jika tradisi membangunkan sahur ini masih ingin dipertahankan, maka sebaiknya dilakukan dengan cara yang lebih bijak. Misalnya, tidak perlu terlalu lama atau terlalu keras dan cukup dilakukan di area yang memang masih menginginkannya. Dengan begitu, kita masih bisa menjaga nilai budaya tanpa mengorbankan kenyamanan orang lain. Piye, setuju ora, Gaes?

Jadi, apakah kamu termasuk yang mendukung atau menolak tradisi membangunkan sahur? 

Newer Posts Older Posts Home

Mama Daring

Mama Daring

Seru-seruan

1minggu1cerita

About Author

PENULIS & BLOGGER

Hallo, Saya adalah muslimah penyuka kucing, senang traveling meski belum berkunjung ke banyak tempat, senang kuliner walau hanya makanan tertentu, membaca berbagai jenis buku, menulis cerita anak, dan berpetualang ke negeri dongeng untuk menciptakan berbagai keajaiban dalam ke dunia anak-anak yang sedang saya tekuni. Hubungi saya via email : lestarilisa8@gmail.com

Follow us

Featured Post

Popular Posts

  • Review Scarlett Brightening Series (Facial Wash, Esssence Toner, dan Serum)
    Review Scarlett: Brightening Facial Wash, Brightly Essence Toner, dan Brightly Ever After Serum  Ngaku, nih? Siapa yang suka banget coba-cob...
  • Mampirlah ke Dunia Lisa, Blog dengan Wajah Baru
    Eh, siapa sih yang nggak ingin tampilan blognya menjadi cantik dan enak dilihat? Semuanya pasti akan menjawab mau dong! Nggak ada yang pe...
  • Seperti Inilah Karakter Shio Babi Berdasarkan Elemennya
    Karakter shio babi dengan shio lainnya tentu saja berbeda. Karena beberapa shio dianggap memiliki pengertian berbeda. Apakah Anda sud...
  • Ramalan Shio Ayam Tahun 2020 Lengkap dari Cinta Hingga Keuangan
    Hanya tinggal menyisakan kurang dari dua bulan saja, kita semua akan menyambut tahun 2020. Tentu berbagai harapan dilontarkan dan pe...
  • Lebih Asyik ke Candi Borobudur Atau Candi Prambanan Untuk Menghabiskan Libur Akhir Tahun?
    ruangbelajarbahasainggris.com Libur tlah tiba Libur tlah tiba Hore ... hore ... hore! Apa sih hal yang membahagiakan bagi ...

Buku Terbit

Dunia Lisa

Blog Archive

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  March 2025 (1)
      • Tradisi Membangunkan Sahur: Antara Romantisme Rama...
  • ►  2024 (1)
    • ►  September 2024 (1)
  • ►  2023 (4)
    • ►  July 2023 (1)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  March 2023 (1)
    • ►  February 2023 (1)
  • ►  2022 (14)
    • ►  September 2022 (2)
    • ►  August 2022 (3)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  March 2022 (2)
    • ►  February 2022 (2)
  • ►  2021 (32)
    • ►  December 2021 (5)
    • ►  November 2021 (2)
    • ►  October 2021 (5)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  August 2021 (1)
    • ►  July 2021 (3)
    • ►  June 2021 (1)
    • ►  May 2021 (2)
    • ►  April 2021 (3)
    • ►  March 2021 (1)
    • ►  February 2021 (3)
    • ►  January 2021 (2)
  • ►  2020 (39)
    • ►  December 2020 (4)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  October 2020 (2)
    • ►  September 2020 (3)
    • ►  August 2020 (3)
    • ►  July 2020 (5)
    • ►  June 2020 (6)
    • ►  May 2020 (4)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  March 2020 (5)
    • ►  February 2020 (3)
    • ►  January 2020 (2)
  • ►  2019 (78)
    • ►  December 2019 (2)
    • ►  November 2019 (3)
    • ►  October 2019 (4)
    • ►  September 2019 (3)
    • ►  August 2019 (6)
    • ►  July 2019 (8)
    • ►  June 2019 (7)
    • ►  May 2019 (18)
    • ►  April 2019 (6)
    • ►  February 2019 (9)
    • ►  January 2019 (12)
  • ►  2018 (49)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  October 2018 (8)
    • ►  September 2018 (10)
    • ►  August 2018 (2)
    • ►  July 2018 (2)
    • ►  June 2018 (2)
    • ►  May 2018 (1)
    • ►  April 2018 (3)
    • ►  March 2018 (6)
    • ►  February 2018 (3)
    • ►  January 2018 (10)
  • ►  2017 (116)
    • ►  December 2017 (4)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  October 2017 (21)
    • ►  September 2017 (8)
    • ►  August 2017 (3)
    • ►  July 2017 (4)
    • ►  June 2017 (7)
    • ►  May 2017 (6)
    • ►  April 2017 (11)
    • ►  March 2017 (28)
    • ►  February 2017 (11)
    • ►  January 2017 (12)
  • ►  2016 (198)
    • ►  December 2016 (12)
    • ►  November 2016 (24)
    • ►  October 2016 (31)
    • ►  September 2016 (29)
    • ►  August 2016 (6)
    • ►  July 2016 (5)
    • ►  June 2016 (18)
    • ►  May 2016 (22)
    • ►  April 2016 (21)
    • ►  March 2016 (26)
    • ►  February 2016 (4)

Total Pageviews

Komunitas

Dunia Lisa

Categories

  • Blog Competition 10
  • Cermin 6
  • Cerpen 128
  • Curhat 29
  • Flash Fiction 2
  • Lebih Dekat 2
  • ODOP Estrilook 7
  • Parenting 30
  • Puisi 29
  • SETIP Estrilook 3
  • Satu Hari Satu Karya IIDN 5
  • Serba-serbi Cerita Anak 13
  • Tantangan 3

Followers

About Me

My photo
Lisa Lestari
View my complete profile

Instagram

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram

Copyright © 2017-2019 Dunia Lisa. Created by OddThemes