Karena Cinta (bagian 6)
Hadeh, Helena, HP diberi password sudah membuatnya curiga. Ni pasangan sepertinya tidak ada yang mau mengalah untuk memadamkan titik-titik api yang mulai membesar. Jika hal ini dibiarkan, maka sinyal bahaya sudah di depan mata. Pikir Sasya. Hal yang sama dirasakan oleh Altamira.
"Sekarang maunya apa?" tanya Sasya pelan. Lembut mengelus punggung Helena. Tangisnya sudah mulai reda. Altamira mengambilkan minun untuk Helena.
"Minumlah dulu," Altamira memberikan minumnya. Langsung diambil oleh Helena dan meminumnya sampai tandas. Sasya tersenyum melihatnya.
"Boleh kami memberikan saran?" hati-hati Altamira bertanya. Duduk di depan Helena, memegang tangannya. Mencoba memberikan kekuatan kepada Helena.
Altamira menarik nafas. Sedikit bingung jika akan memulai dengan Helena, kepala batu yang senangnya hanya mengikuti kata hatinya.
"Len, coba bicarakan baik-baik dengan Awan. Nggak boleh ada emosi. Katakan apa keinginanmu. Tanyakan juga apa keinginan Awan. Semuanya akan selesai jika dibicarakan dengan kepala dingin. Awan tidak akan pernah tahu yang menjadi keinginanmu jika kamu hanya mendiamkan saja. Buang gengsimu. Tak akan jatuh harga dirimu hanya karena memulai duluan pembicaraan ini. Semoga kamu mengerti."
Sepi terdiam. Semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Entahlah, apakah Helena bisa menerima pendapat Altamira.
"Harus dicoba, Len. Kalau diam-diaman begini, memang enak?" lanjut Sasya.
"Aku enak saja. Toh Awan juga nggak pernah bertanya jika aku diam saja." jawab Helena.
"Kok betah ya?" Sasya dan Altamira bersamaan menanyakan hal yang sama. Helena tertawa mendengar pertanyaan yang sama dari dua sahabatnya.
"Betahlah," sekenanya Helena menjawab. Berdiri mengambil tas yang tergeletak di dekat meja kecil Sasya. Mata Helena tertuju pada sebuah buku yang kelihatannya sudah sangat tua. Warna sampul buku sudah kusam. Helena tertarik, mengambil buku itu dan membukanya. Sampul pertama ada foto Sasya. Foto lama, semasa sekolah sepertinya. Ada tulisan BUKU KEJUJURAN.
"Ini buku apa, Sa?" matanya tidak lepas dari buku Sasya. Mendapat pertanyaan dari Helena, Sasya langsung melompat dan merebut buku yang dipegang Helena.
"Eits! Ini buku kejujuran kami."
"Maksudmu?" Helena masih penasaran. Altamira ikut melongok buku yang dimaksud. Penasaran juga, namun bisa ditahan. Biarkan Sasya menjelaskan.
Sasya mendekap bukunya di dada, merasakan begitu berartinya buku itu baginya. Helena tertawa melihat tingkah Sasya.
"Lebay kamu, Sa." Dorong Helena geli.
"Timbang buku sampai dipeluk kaya gitu. Apa istimewanya buku itu?"
Sasya terkekeh pelan. Dua sahabatnya mulai kepo.
"Ini buku kejujuranku dengan Ayub. Apa yang tak bisa kuungkapkan secara langsung karena takut menyinggung, kami tuliskan di buku ini. Tidak ada rahasia dalam buku ini. Tapi terkadang, kami berantem dalam buku ini." Jelas Sasya yang membuat wajah dua sahabatnya makin penasaran.
Bersambung...
#OneDayOnePost
#TantanganMenulisCerbung
Tags:
Cerpen
7 komentar
Aku tak pernah memberikan password untuk hp hehe
ReplyDeleteSasya ma ayub keren. Buku kejujuran... pemanis perjalanan rumah tangga, hehehe
ReplyDeleteWah Buku kejujuran..belajar until menulis Isi hati yg tidak terungkap dengan kata kata
ReplyDeleteDuhh... Liat dong buku kejujurannya, penasaran isinya...
ReplyDeleteLuar biasa ide buku kejujurannya mba.
ReplyDeleteWah....perlu ditiru buku kejujurannya.
ReplyDeleteWah....perlu ditiru buku kejujurannya.
ReplyDelete