Karena Cinta (bagian 9)

Sasya ngambek! Dan itu artinya sampai pegal jarinya mencet nomor HP Sasya, dia tak akan mengangkatnya. Ayub sudah hafal bagaimana watak istrinya. Wanita yang dicintainya memang mudah ngambek, tapi hanya sesaat. Tak pernah berlama-lama. Pernah Ayub menanyakan hal itu. Jawaban Sasya adalah aku tak kuat menahan rindu. Ayub tersenyum tanpa dia sadari. Nanti malam akan dia coba menghubungi lagi. Hari ini memang harusnya dia pulang. Tapi job tambahan tak bisa dia alihkan. Akhir-akhir ini banyak yang hajatan dan menggunakan jasa tempatnya bekerja. Dan tidak ada yang menggantikannya. 

Pulang dari resto dengan segala keletihannya, Ayub mengambil handphone. Bercelana pendek dengan kaos singlet pakaian kebesarannya ketika tidur. Pandangannya sejenak memandang layar HP nya. Foto dirinya, menggendong Sasya di punggungnya. Senyum ceria dari wajah keduanya. Gambar ini diambil ketika mereka pulang ke kota kelahiran. Mengunjungi tempat wisata berdua. Ah, memandang Sasya selalu membuatnya makin merindu. 

Jarinya kembali menekan angka milik Sasya. Sudah hampir dini hari, tapi kalau tidak sekarang telfonnya, Sasya akan makin ngambek. Ayub tak ingin itu. Celoteh dan bawelnya merupakan pelengkap kehidupannya. 

Sekali terdengar nada dering, tapi tak diangkat. Dua kali, tiga kali, hingga empat kali. Tidak diangkat oleh Sasya. Mungkin tertidur lelap, pikir Ayub. Dicobanya lagi, berharap kali ini akan diangkat. Tolong angkat, Yank, gumam Ayub.

"Hmm, siapa?" suara serak, malas memjawab salamnya. Ayub tersenyum lega. 

"Sudah tidur ua, Say?"
Menyadari yang menelfon adalah Ayub, seketika Sasya menutup telefon tanpa berkata apapun. 

"Saayyy..."  Ayub memanggil Sasya dengan suara tertahan. Belum sempat dia berbincang, telefon sudah ditutup. Ngambeknya sudah akut, hingga tak mau mengangkat telfon.

Ayub meletakkan telfonnya. Percuma jika mencoba lagi, Sasya masih anteng dengan aksi ngambeknya. Biarlah, lebih baik memejamkan mata, pikir Ayub. 

**************

Sasya yang sudah terbangun karena suara telfon, tak bisa lagi memejamkan matanya. Berharap Ayub akan merayunya, menelfonnya lagi karena memang dia punya alasan untuk ngambek. Ingin tahu sejauh mana, seberapa Ayub menganggap dirinya berarti dan penting. Tapi rupanya tidak. Ayub hanya mencoba menelfon sekali. Karena tahu dia ngambek, Ayub tak mencobanya lagi. Ah, Sasya hafal sekali bagaimana watak Ayub suaminya. Setiap Sasya ngambek, dia tak akan perrnah merayunya. Hanya memberikan waktu kepada Sasya untuk cooling down dan setelah waktu yang disepakati, mereka akan membahasnya. 

Lelah menunggu, diambilnya buku kejujuran. 

Yank, kenapa sih setiap aku ngambek, Sayy tak pernah merayuku seperti aku merayumu ketika ngambek? Kamu selalu diam, membiarkanku yang merayumu. Ini salahmu, Saayy...
Harusnya waktumu bersamaku, bukan dengan pekerjaan-pekerjaanmu!

Bersambung...

#OneDayOnePost
#TantanganMenulisCerbung

Share:

6 komentar