Luruh


Bahumu berguncang. Tak perlu kamu katakan kesedihanmu. Cukup hanya dengan melihatmu yang menutup wajah dengan kedua tangan dan isakan yang terdengar dari mulutmu, itu sudah lebih dari cukup untuk menjelaskannya.



Ketika tangan kokohnya mencoba membelai lembut rambutmu, retinamu tepat menatap dengan wajah sedih bercampur kesal. Nampak dari tangan kananmu yang mengepal.

"Jangan mencoba mendekat!" teriakmu padanya.

Dia mundur beberapa langkah. Tidak ingin menjauh darimu rupanya. Sepertinya masih ingin tetap di dekatmu, meskipun dengan nyaring kamu melarangnya mendekat.

"Ini yang kau sebut cinta? Dengan seenaknya tanganmu menjamah tubuh yang seharusnya belum halal."

Kamu kembali meracau. Napasmu berlomba dengan isak tangis yang masih terdengar. Sedangkan dia?
Dia hanya mematung dengan wajah innocentnya. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Matamu semakin nanar melihatnya. Kemudian, kamu berdiri di depannya dengan berkacak pinggang. Suaramu sudah seperti petir yang siap menyambar benda yang ada di dekatmu.

"Kamu anggap apa hubungan yang kamu jalin? Selalu membisu, menghilang, lalu tiba-tiba muncul. Dan kamu telah melanggar janji suci." Suaramu makin melemah. Tubuhmu merosot pelan, seolah tak memiliki tenaga. Dres putih yang kamu kenakan sudah tak nampak layaknya pakaian. Koyak dan kini bercampur dengan lumpur ketika tubuhmu merosot bersatu dengan bumi. Dan dia terlambat menangkap tubuhmu.

#belajarpov2

Share:

0 komentar