Jujur yuk dari Kecil

"Dede Faika, tuh mamanya mau pergi ke warung. Mau ikut ga?" suara tetangga kontrakan membuatku tertegun. Jelas-jelas kulihat mamanya Faika tidak kemana-mana. Tidak ke warung seperti kata tetanggaku. Jadi ingat kejadian yang sudah lewat. Sekitar tahun 2004. Sulungku yang bermain di rumah tetangga diminta pulang ke rumah dengan cara yang tidak benar. Mengatakan kalau saya akan pergi ke luar. Padahal saya tidak kemana-mana. Akhirnya saya menegur tetangga.

"Jangan bohong ya, Mas. Wong saya tidak kemana-mana.  Suruh pulang aja anak saya.  Dia akan pulang ko," tegur saya waktu itu. Semenjak kejadian itu, tetangga saya paham. Setiap minta anak saya pulang, dia tidak lagi berbohong.

Kejadian di atas sebetulnya sepele. Tetapi tidak bagi saya. Perkataan yang sepele itu menurut saya sudah merupakan bentuk kecil mengajarkan kebohongan kepada anak saya. Dan saya tidak suka. Tapi berhubung mamanya Faika hanya diam, saya tidak berani protes.

Banyak hal yang selalu saya tekankan kepada suami, ataupun kepada yang ngasuh anak saya. Tidak ada kebohongan kecil meskipun itu judulnya agar anak saya tidak menangis. Seperti ketika saya berangkat kerja dan anak saya menangis saat pamit. Tetap saya bilang kalau saya akan kerja, dan pulangnya sore. Walaupun saya harus pergi kerja dengan iringan tangis dari anak saya.

Pernah sekali mergokin yang ngasuh mengatakan, "Ummi pergi sebentar ya, nanti pulang lagi. Jangan nangis ya, De." Nah, setelah itu saya katakan apa yang sebaiknya dikatakan.

"Dede sholeha, Ummi kerja dulu ya. Biarpun Dede nangis, Ummi tetap akan berangkat. Insya Allah sore Ummi pulang. Dan kita akan main bersama lagi, ya, sayang."

Hal kecil yang harus mulai kita biasakan di rumah. Kejujuran. Agar besar nantinya berlaku jujur. Ingat, kalau bukan dari rumah dan sejak dini, siapa dan kapan lagi yang akan memulainya? Ayo, Mama dan Bunda, kita mulai saat ini dari rumah.

#One Day One Post
Maret minggu ke-4

Share:

17 komentar

  1. Ummi yg hebat 👍.
    Untung baca tulisan ini.
    Bisa jadi bekal nanti. Eh? 😄

    ReplyDelete
  2. Iya betul mb lis...kalau anak biasa dibohongi dirumah, diluar akan semakin sulit dia percaya orang lain.
    #Jadi inget anak-anak :'(
    ada yang kalau saya janjikan sesuatu mesti tanya, "ustadzah ngga bohong kan?"
    dan harus selalu saya tegaskan kalau muslim berjanji itu harus ditepati karena janji sama Allah dan dirinya sendiri..

    ReplyDelete
  3. Ada juga tuh yg klo jatuh, eh.. nyalahin kodok atau tembok.. hehehe
    Keren mba.. pendidikan karakter sejak dini.

    ReplyDelete
  4. Setuju Mba Lisa..kejujuran itu kelak mahal harganya.

    ReplyDelete
  5. Slogan lembaga anti rasuah di Indonesia (KPK) :
    Berani Jujur, Hebat!

    ReplyDelete
  6. Slogan lembaga anti rasuah di Indonesia (KPK) :
    Berani Jujur, Hebat!

    ReplyDelete
  7. Klo g salah peribahasanya, Sekali lancung keujian seumur hidup org g akan percaya.

    ReplyDelete
  8. setuju banget mbak lisa...
    semoga kekhilafan di masa lalu dalam mengasuh bisa dimaafkan...
    #terus berbenah jadi ortu yang lebih baik.

    ReplyDelete
  9. Biar besarnya gak jadi pembohong. Kek para koruptor....
    Setuju mba Lisa... ^^

    ReplyDelete
  10. Nahh,,kejujuran emang butuh pembiasaan dari kecil:D

    ReplyDelete
  11. iya mbak.. kejujuran emang hal yang trkadang banyak disepelekan oleh sebagain orang.. apalagi kbohongan kecil.. atau yang dibalut canda2an dgn tujuan cuman pengen bikin orang lain tertawa terbahak2 wkwk

    semoga kt snantiasa d mudahkn unt jujur setiap saat aamiin

    ReplyDelete