Belajar Tanggung Jawab, Yuk...

Kaki Naila langsung terasa lemas begitu mendengar namanya dipanggil oleh Bu Tina. Ia tahu benar apa kesalahannya. Hari ini bu Tina meminta untuk mengumpulkan tugas menulis sambungnya. Dan tugas itu lupa Naila kerjakan. Padahal Ummi sudah mengingatkan ketika seminggu lalu tugas itu diberikan oleh bu Tina. Tapi semalam, Naila tidak ingat sama sekali. Ia asyik bermain dengan adik bayinya. Akhirnya ia harus siap dengan hukuman yang diberikan oleh bu Tina.


Di hadapan bu Tina, Naila menundukkan kepalanya. Ujung sepatunya ia gerakkan tak tentu arah untuk mengusir rasa takutnya. Baru kali ini ia lalai terhadap tugasnya. Ummi, tolong aku, aku nggak mau dihukum, jerit Naila dalam hati.

Bu Tina menatapnya dengan pandangan menyelidik. Tumben Naila lupa mengumpulkan tugas. Ditatap seperti itu, membuat Naila semakin takut. Kepala Naila semakin menunduk.

"Kenapa belum mengerjakan tugas, Naila?" tanya bu Tina.

"Lupa, Bu," lirih Naila menjawab. Kalau Ummi tahu, Ummi pasti marah. Bu Tina pasti akan mengatakan kepada Ummi saat istirahat nanti di kantor. Ummi kan juga guru di sini, di SD tempat Naila belajar.

Mendapat jawaban Naila seperti itu, bu Tina mengeryitkan dahinya. Tidak biasanya Naila lupa. Naila selalu rajin mengumpulkan tugas, karena Umminya pasti akan mengecek ada tugas apa saja dari sekolah. Karena setiap tugas tertulis di buku penghubung siswa.

"Berarti siap dengan hukuman ya?"

Naila mengangguk lemah. Kata Ummi jika bersalah, harus terima hukuman. Tidak peduli ia anak guru di sini. Yang salah Naila, jadi yang harus dihukum ya Naila, begitu batin Naila berkata.

"Nanti pas jam istirahat, Naila baca asmaul husna ya," jelas bu Tina.

Kembali Naila mengangguk. Membaca asmaul husna di kantor, dan pastinya akan didengarkan oleh semua yang ada di sekolah ini. Karena membacanya menggunakan pengeras suara. Dan Naila belum begitu hafal asmaul husna.

"Silahkan duduk kembali!"

Naila berjalan menuju kursinya. Dalam hati ia mulai mengingat-ingat nama-nama Allah yang baik untuk ia bacakan di kantor nanti sebagai hukuman akibat tidak mengerjakan tugasnya.

Rasa penyesalan hinggap kembali. Ia ingat, sebelum pulang ke rumah dengan Abi, Ummi memintanya untuk mengerjakan tugasnya. Sore ketika Ummi pulang dari sekolah, ia diingatkan lagi oleh Ummi. Dan Naila tidak segera mengerjakan. Adiknya yang baru bisa berjalan membuatnya asyik bermain. Selesai sholat isya, mata Naila sudah sangat mengantuk. Alhasil ia hanya sanggup menyiapkan jadwal pelajaran untuk hari ini.

Sampai di rumah nanti, Naila harus siap juga dengan hukuman dari Ummi. Duh, kenapa teledor begini sih? Coba saja ia mendengarkan Ummi untuk segera mengerjakan tugas, pasti ia tak akan dihukum. Andai ia tidak menudanya, tentu istirahat nanti ia tak akan baca asmaul husna. Ah, banyak andai terbuang. Naila nggak boleh mengulangi lagi. Hukuman ini harus diterima sebagai akibat dari kelalaiannya. Naila ingat perkataan Ummi.

"Jika Kaka bersalah, harus berani mengakui kesalahan. Dan harus siap jika mendapat hukuman. Jadikan itu sebagai pengingat, agar kesalahan itu tidak terulang lagi."

"Meskipun Kaka dihukum di sekolah? Kaka kan anak Ummi. Ummi ngajar di sekolah Kaka. Tetap harus dihukum jika Kaka bersalah, misalnya?" Naila pernah menanyakan hal itu ke Ummi. Ia beranggapan, jika Naila anak guru, ia akan bebas dari hukuman.

Waktu mendapat pertanyaan itu, Ummi tersenyum. 
"Ya, meskipun Kaka anak Ummi. Kalau bersalah, harus dihukum. Ummi tak akan membela Kaka jika Kaka bersalah."

Naila mengangguk mantap, percakapan dengan Ummi beberapa waktu yang lalu, membuatnya siap menerima hukuman. Ada janji yang ia ucapkan dalam hati. Naila tak akan mengulangi lagi kesalahan seperti ini. Naila tak ingin membuat Umminya kecewa.



#OneDayOnePost

Share:

16 komentar

  1. Mbak lisa piawai sekali berceritanya.. bikin ikut ngerasain gimana jadj Naila..😂😂😂

    ReplyDelete
  2. Bu guru menjiwai banget yaa kalo bikin cerita, bahasanya sederhana tp bikin larut hehhe
    Nice mbk lanjutkan 😊😊

    ReplyDelete
  3. bisa di kirm ke majalah mbak
    cerita-cerita cernak mbak lisa

    ReplyDelete
  4. whaa...beruntungnya naila punya umi hebat

    ReplyDelete
  5. Iya nih...Mba Lisa pinter merangkai kata-katanya.

    ReplyDelete
  6. Jadi inget P Sigit Lis .. pernah jewer aku.
    "Masio tonggone bapakmu, nek salah yo tak jewer!" Katanya

    ReplyDelete
  7. Jadi inget masa2 lupa engga ngerjain tugas rumah...hihihii

    ReplyDelete
  8. Masih relevan bagi yg sudah dewasa. Cerita yang bagus, Mbak Lis.

    ReplyDelete