Setumpuk Kata dalam Sepi (bagian 9)

Mei kembali pada aktifitas kesehariannya. Tak ada yang berubah dari Mei setelah peristiwa permintaan tak masuk akalnya sebab pertanyaanku. Janji yang sudah kuucapkan untuk tidak bertanya lagi hal yang menyakitkan bagi Mei, aku lakukan. Mei ku sudah tersenyum kembali, menjadi bidadariku dan malaikat bagi Bintang. Bintang mampu menjadi penerang di rumah kontrakan kami, tak hanya malam hari, tetapi setiap waktu yang kami lalui. Bintang begitu dekat dengan Mei, ibunya. Denganku Bintang tak pernah bermanja. Meminta apapun juga ke ibunya, bukan kepadaku.


Awal-awal aku merasa tersingkir. Penghasilan Mei yang lebih besar dariku sering membuatku sedikit perasa. Meskipun Mei tak pernah merendahkanku. Ia tetap menghormatiku sebagai suami. Terkadang muncul rasa bangga, aku tak perlu pusing seperti suami-suami yang lain. Bingung memikirkan mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Aku nyaris tak pernah tahu. Aku terlena dan merasa enak. Ditambah Mei tak pernah meminta gajiku jika aku tak pernah memberinya. Semua dicukupi oleh Mei. Perlahan dan pasti gengsiku sebagai kepala rumah tangga tersingkir dengan sikap lembut Mei yang tak pernah mempersoalkan. Pernah kutanyakan hal itu kepadanya.

"Gaji Ibu makin besar, tidak malu punya suami seperti Ayah? Buruh pabrik dengan gaji jauh dari UMR. Mudah-mudahan Ibu selalu menghormati Ayah."

Kulihat Mei tersenyum dengan ucapanku. Diciumnya punggung tangan kananku sebelum berucap.

"Ayah adalah suami Ibu. Penghasilan Ibu ya uang kita. Mungkin saat ini beban keluarga ada di pundak Ibu, Allah memberikan lewat Ibu. Tapi kita tak tahu beberapa tahun ke depan. Bisa jadi Ayah yang akan mendapatkan kesempatan memiliki penghasilan lebih besar."

Adeeem rasanya mendengar penjelasan Mei. Spontan kupeluk tubuhnya. Bintang yang melihat kami berpelukan, berlari ikut masuk dalam pelukan sambil tertawa lucu.

"Ayah dan Ibu seperti Teletubbies."

Kami menimpali perkataan Bintang dengan pelukan berpindah kepadanya. Saat itu aku merasakan dunia hanya milik kami bertiga. Bahagia tak tergambarkan, semoga seperti ini selamanya.

Bersambung...

#OneDayOnePost
#TantanganMenulisCerbung

Share:

10 komentar