Kisah Es Batu dan Air bagian 1



Kaca, Air, Es Batu, Minum, Dingin
pixabay.com


“Huf, lega rasanya, aku bisa juga keluar dari ruangan yang berdesakan dan dingin,” kataku senang.

Ketika pertama kali tubuhku dilepaskan dari kotak beku, aku langsung meluncur ke dalam gelas. Suhu yang tidak terlalu dingin membuatku senang bukan main. Kuedarkan pandanganku. Berkeliling menatap ruangan. Menurut yang kudengar, ini namanya dapur. Ada rak piring kecil dekat dengan bak pencucinya. Berderet pasukan piring dan gelas berbaris dengan rapi. Badan mereka sungguh kinclong mengkilap. Bersih dan wangi.


Di tempatku berada, di atas meja, aku melihat galon air. Isinya tinggal setengahnya. Terbungkus kain dengan motif hello kitty. Ada juga air yang tinggal dalam baskom merah. Ia terlihat tersenyum gembira. Nyanyian kecil menambah riangnya hati air.

Aku mencoba tersenyum kepada semua yang tinggal di sini. Mereka tentu lebih lama dibandingkan diriku yang baru saja dikeluarkan dari suatu tempat terdingin. Aku biasa berkumpul dengan ikan segar, daging ayam, bakso, bahkan juga dengan sozis yang siap disantap. Buah dan sayuran berada di rak bawah. Jadi jarang melihat mereka.

Melihat air dalam baskom yang bebas bergerak ke sana ke mari, aku pun ingin juga seperti dia. Kucoba berlari ke kanan dan ke kiri. Oh, tubuhku terhalang oleh tepian gelas. Bunyi gelas yang berdenting dengan tubuhku sedikit menimbulkan gaduh. Aku tidak bisa bergerak bebas seperti air. Bibirku merengut menahan kesal.

bersambung ....

#OneDayOnePost

Share:

0 komentar