Chila dan Chilo


Chila dan Chilo adalah kurcaci kembar. Wajah keduanya sangat mirip dan tidak dapat dibedakan. Hanya warna pakaian yang mereka kenakan menjadi pembeda kurcaci kembar tersebut. Jika Chila menyukai warna hijau, maka Chilo lebih memilih warna biru untuk pakaian yang ia pakai.


Pagi ini, Chila dan Chilo sudah siap untuk berangkat menuju ke sekolah para kurcaci.

"Hai, Chilo. Aku baru ingat kalau hari ini di kelas akan ada tes membuat ramuan dari dedaunan. Apakah kamu sudah menemukan daun apa yang akan kamu gunakan?" tanya Chila.

Chila memandang wajah saudara kembarnya Chilo yang duduk di hadapannya.

"Benarkah hari ini tesnya?" Chilo malah bertanya.

"Aku belum menyiapkan daunnya," jawab Chila, "kamu?"

"Belum," jawab Chilo.

"Bagaimana kalau hari ini kita bolos saja?" usul Chila.

Mata Chilo berbinar mendengar usul dari Chila.

"Lalu kita akan pergi ke mana?" tanya Chilo.

"Kita mancing saja, yuk!" ajak Chila. Chilo mengangguk setuju.

Bergegas keduanya kembali ke rumah pohon untuk mengambil peralatan memancing, umpan untuk ikan, dan topi untuk melindungi kepala mereka.

Chila dan Chilo berjalan menuju sungai sambik bernyanyi sepanjang jalan. Mereka merasa senang sekali karena bisa bebas dari kewajiban di sekolah kurcaci.

Sudah satu jam Chila dan Chilo melemparkan kail. Namun, tak satu pun ikan dalam sungai tersebut makan umpan mereka. Chila bersedih, sedangkan Chilo sudah memperlihatkan wajah tak sabar.

Tiba-tiba Chilo berteriak, "Hai, Chila! Kailku ditarik. Sepertinya oleh ikan yang besar," kata Chilo bersemangat. Sesuatu yang sangat kuat dan besar terus menarik kail Chilo. Hingga akhirnya Chilo tidak kuat dan terjebur ke dalam sungai.

Badan Chilo basah kuyup dan kotor penuh lumpur sungai. Chila dan Chilo memutuskan untuk pulang ke rumah. Perut mereka juga mulai keroncongan.

Di tengah jalan terdengar suara petir. Chila dan Chilo mempercepat langkahnya. Tak lama kemudian turun hujan dengan lebat diiringi suara petir yang sangat menyeramkan. Chila dan Chilo mulai ketakutan. Mereka berpelukan.

Ketika melewati sebuah hutan kecil, Chila dan Chilo mendengar suara yang menyeramkan.

"Chilo, aku mendengar suara auman harimau," kata Chila dengan badan gemetar ketakutan.

Chilo memeluk tubuh Chila. Dia juga merasa ketakutan. "Itu bukan suara harimau. Itu suara singa."

Tubuh kedua kurcaci kembar yang basah kehujanan saling berpelukan. Gemetar menahan dingin dan ketakutan. Wajah mereka juga terlihat pucat.

"Chila, ayo kita lari untuk sampai ke rumah. Aku tidak mau diterkam harimau," usul Chilo. Chila mengangguk. Tanpa menunggu aba-aba, Chila dan Chilo langsung berlari dengan kencang.

Napas Chila dan Chilo terengah-engah begitu keduanya sudah sampai di depan rumah jamur. Hujan sudah berhenti.

"Chilo, aku baru ingat kalau hari ini tidak ada pelajaran meramu daun di kelas kurcaci," kata Chila sambil menepuk jidatnya.

Chilo memandang saudara kembarnya dengan terkejut. "Lalu.... "

Chila kembali menepuk jidatnya dan berkata, "Aku ingat, kalau hari ini kelas kurcaci akan berjalan-jalan ke museum kurcaci yang ada di tengah kota."

Chilo langsung terduduk dengan lemas begitu mendengar perkataan Chila. Karena kesalahan yang dilakukan Chila, dia harus ikut ketinggalan acara jalan-jalan ke kota.

#BelajarDongeng
#CeritaKonyol
#OneDayOnePost

Share:

5 komentar

  1. Sepertinya gampang bikin cernak ya....tapi setelah nyoba ternyata nggak semudah yang diangan. Cerita ini keren

    ReplyDelete
  2. Sepertinya gampang bikin cernak ya....tapi setelah nyoba ternyata nggak semudah yang diangan. Cerita ini keren

    ReplyDelete
  3. Ndak bakat deh saya buat beginian...😀

    ReplyDelete
  4. Cernak bahasanya lebih sederhana. Ayo, semua pasti bisa membuat cernak

    ReplyDelete
  5. jagonya deh mbak lisa... aku nyoba buat cernak juga ampuuunn...

    ReplyDelete