Toto dan Gio


Hasil gambar untuk gambar perkakas
glosiran.com

Perkakas milik Tuan Wilson sedang sibuk memperbaiki sebuah pintu rumah milik Nyonya Vio. Toto, obeng berbentuk pipih melakukan tugasnya untuk mengencangkan sebuah baut. Sedangkan Titi, obeng berbentuk bunga melihat saudaranya dari dalam kotak perkakas. Sebuah tang bernama Gio juga terlihat bekerja bersama Toto.

Titi yang melihat pekerjaan mereka pun berujar. “Wah, hebat ya, si Toto. Aku selalu bangga ketika dia berhasil membuka atau mengencangkan sebuah baut.”
“Benar,” sahut Gera gergaji.
Meti, si meteran juga mengangguk setuju. “Toto hampir selalu dibutuhkan oleh Tuan Wilson ketika bekerja.”
Toto menanggapi obrolan teman-temannya dengan tersenyum. “Tidak, aku sama seperti kalian. Terkadang aku juga tidak selalu dibutuhkan oleh Tuan Wilson.”
“Kata siapa, Toto?” tanya Titi dengan cepat.
“Setiap memperbaiki sesuatu, yang paling pertama kali dicari oleh Tuan Wilson adalah kamu,” kata Meti.
“Seperti kemarin ketika anjing Nyonya Fasya terjebak di kotak mainan dan tidak bisa keluar, Toto yang berhasil membuka tutpnya.” Jelas Gera disambut anggukan kepala oleh lainnya.
Gio yang mendengar percakapan mereka, mulai merasa kesal. Menurut Gio, tanpa bantuannya Toto tidak mungkin bisa bekerja. Harusnya dia lah yang berhak mernerim pujian dari teman-temannya.
“Kamu sakit, Gio?” tanya Toto melihat Gio hanya diam.
Gio menggelengkan kepalanya. Dalam hatinya dia kesal sekali. Ingin rasanya Gio berkata keras, kalau tanpa dirinya Toto tak akan bisa membuka atau mengencangkan baut.
Toto yang menyadari kediaman Gio, mendekati. “Kamu kenapa, Gio?”
Gio memandang Toto. Selama ini dia bisa bekerja sama dengan baik bersama perkakas lainnya milik Tuan Wilson. Sebelumnya juga tidak ada yang pernah memuji Toto seperti itu.
Gera yang melihat Gio masih saja diam segera menghampairi. “Kamu setuju kan, Gio, dengan pendapat kami?”
“Pendapat yang mana?” tanya Gio pura-pura tidak mengerti.
“Itu, tentang Toto kalau dia perkakas yang paling sering dibutuhkan oleh Tuan Wilson dan dia perkakas yang hebat.”
Mendengar perkakas lainnya masih memuji Toto, Gio membantah. “Toto tidak hebat! Aku lah yang hebat! Tanpaku Toto tak akan bisa mengencangkan atau melepaskan baut dengan mudah. Jadi, aku yang paling hebat di antara kalian!” teriak Gio.
Perkakas yang mendengar perkataan Gio segera terdiam. Apalagi Gio terlihat sangat marah. Toto segera menghampiri Gio.
“Gio, kamu benar. Tanpamu aku memang tak pernah bisa bekerja dengan baik. Kamu memang yang terhebat!” kata Toto.
Gio tersenyum bangga. “Kalian dengar bukan? Toto juga mengakui kalau aku lebih hebat dibanding dirinya.”
Meta, Titi, dan Gera saling pandang. Gio merasa paling hebat.
“Kalian masih belum mengakui kehebatanku?” tanya Gio sombong.
Mereka bertiga menggelengkan kepalanya.
“Kalian ingat? Kejadian ketika Tuan Wilson ingin mencabut sebuah paku yang menancap di tembok dan ingin memindahkannya? Siapa yang mencabutnya?” tanya Gio.
“Kamu yang dipilih oleh Tuan Wilson,” jawab Meta pelan.
“Lalu, ketika keponakan Tuan Wilson ingin membuat sebuah bunga dan ingin melengkungkan kawat, apakah Toto yang dipilih?”
Kali ini Gera yang menjawab. “Kamu yang digunakan oleh Tuan Wilson.”
“Jadi, aku lah yang paling hebat. Bukan Toto.”
Ketiganya menggeleng. Toto melihat teman-temannya masih belum mau mengakui kehebatan Gio, melihat dengan bingung. “Hai, teman-teman! Jangan bertengkar. Benar kok, kata Gio. Dia lebih hebat. Kita harus mengakuinya.”
“Toto ... “ Suara mereka terdengar bersamaan memanggil Toto. Dengan matanya Toto berharap mereka mengikuti kemauan Gio.
Gio meninggalkan teman-temannya dan menuju kotak perkakas. Mereka menatap Gio dengan pandangan tak suka. Gio telah menjadi sombong.
***
Pagi ini Tuan Wilson sudah membangunkan perkakas. Wajah Tuan Wilson terlihat panik. Sepertinya ada telah terjadi sesuatu di kamar Tuan Wilson.
Aku membutuhkan obeng pipih dan sebuah tang. Di mana aku meletakkannya? Gumam Tuan Wilson sambil tangannya sibuk mencari perkakas yang dibutuhkan.
Tuan Wilson hanya menemukan tang. Dia tidak melihat keberadaan obeng yang tertutup oleh gergaji. Tuan Wilson segera membawa tang tersebut menuju ke kamar tanpa membawa kotak perkakasnya karena panik. Sesampainya di kamar, Tuan Wilson baru tersadar jika kotak perkakasnya ketinggalan. Bergegas dia mengambilnya.
Di kamar Tuan Wilson, terlihat tempat tidur miliknya yang terbuat dari kayu terlepas salah satu bautnya. Sehingga sambungan kaki tempat tidurnya terlepas dan tidak bisa digunakan.
Tuan Wilson segera mengambil baut dan memasangnya kembali. Dia bermaksud memutar bautnya menggunakan tang, karena obeng yang dicarinya belum ditemukan. Tang tersebut tudak bisa digunakan untuk mengencangkan baut. Tuan Wilson kambali mencoba mencari tang dan dia menemukannya. Kini, Tuan Wilson menggunakan tang dan obeng untuk mengencangkan baut pada kaki tempat tidurnya. Setelah selesai, Tuan Wilson meletakkan kembali perkakasnya ke dalam kotak.
“Nah, Gio, kamu lihat kan tadi? Kamu tidak bisa mengencangkan baut,” semprot Meta langsung. Gio hanya terdiam. Dalam hatinya dia membenarkan perkataan Meta.
“Betul, Toto yang akhirnya yang menyelesaikan pekerjaan Tuan Wilson,” sahut Titi.
“Tapi aku ... “ kata Gio pelan.
“Kamu masih merasa paling hebat?” tanya Gera dengan sinis.
 “Sudah, jangan bertengkar lagi. Kami hebat pada kemampuan kami. Begitu juga kalian,” kata Toto menegahi.
“Kita ini semua hebat dengan keahlian masing-masing. Dan kita semua hebat karena saling bekerja sama. Bukankah begitu teman-teman?” lanjut Toto.
Semuanya mengangguk dan tersenyum.
“Maafkan kesombonganku, Toto,” kata Gio. Toto menjawabnya dengan jabat tangan dan sebuah pelukan.
***
Tulisan ini dibuat dalam rangka One Day One Day Post Blogger Muslimah Oktober 2017
#ODOPOKT4

Share:

8 komentar