Sejuta Impian
"Aku pulang aja yaa. Nggak berani bertemu Ibu," lirih suara Nilam. Tangannya memegang erat tangan kanan Arya, lelaki di sampingnya. Arya justru tersenyum.
"Masa jauh-jauh sudah ke sini mau pulang. Ketemu dulu sama Ibu, ya," kembali Arya berkata lembut. Seolah membujuk hati wanita yang dilihatnya sangat cemas.
"Aku takut," keluar juga alasan Nilam tak ingin dibawa ke rumah ibunya Arya.
"Ibuku nggak nyeremin kok!"
Nilam tertunduk menatap ke bawah, ujung kakinya yang sedari tadi asyik ia mainkan dengan tanah. Menggambar berbagai bentuk di atas tanah. Tangan kirinya masih erat memegang tangan Arya. Mencari kenyamanan untuk mengusir rasa takut yang menyergap.
"Apa kata keluargamu jika aku menemuinya?" Nilam lirih menanyakannya.
Arya tertawa lirih. Dengan segera direngkuhnya pundak Nilam. Wajah mungil nan ayu yang tertunduk coba diangkatnya. Mata Arya tepat menatap ke retina Nilam. Bola mata berwarna coklat milik Nilam selalu mampu membangkitkan sisi lain dari Arya. Menatap matanya seperti masuk ke sebuah dunia milik Nilam, dunia yang membuat Arya tak ingin berpindah.
"Saayy, semua tentang kita Ibu sudah tahu. Aku sudah menceritakannya.Jadi, tak ada alasan tidak ke rumah ya, Ibu pasti sudah menunggu kita."
Nilam mengerjapkan dua matanya. Tanda merayu sekali lagi kepada Arya. Nilam tahu Arya paling tak bisa jika ia sudah mengedipkan mata. Kode untuk membujuknya.
Arya tertawa sambil memencet hidung Nilam.
"Sudah, ah! Ayo, kita pulang. Ibu pasti sudah cemas menunggu. Dari tadi kita ngobrol di taman hampir dua jam." ajak Arya menggandeng paksa tangan Nilam. Nilam seolah seperti patung yang diseret. Berat melangkahkan kaki mengikuti langkah-langkah lebar Arya.
Pertemuannya dengan ibunya Arya adalah pertemuan yang sangat ditakutkan. Siapalah Nilam, mungkin ia hanya dianggap sebagai perusak keluarga kecil Arya. Dan Nilam tak sanggup menghadapinya.
Arya adalah lelaki yang Nilam cintai. Dengan cara yang rumit menurutnya. Bertemunya mereka dengan kondisi yang tidak mereka inginkan. Arya sudah memiliki keluarga. Dan Nilam hadir sebagai pengganggu keluarga Arya, setidaknya itu menurut penilaian Dewi, istrinya Arya.
Cinta yang mereka miliki tetap sama. Arya akhirnya menikahi Nilam tanpa sepengetahuan Dewi. Nilam menjadi istri sah Arya, sah menurut agama. Dan itu membuat Nilam bahagia. Namun sekarang, ketika mereka berdua berada di kota kelahiran Arya, tanpa Dewi, Nilam ketakutan ketika Arya mengajaknya bertemu Ibu. Tentu saja ini membuat jantung Nilam tak berhenti berpacu seperti derap pasukan kuda perang.
Anggapan keluarga Arya pastilah buruk. Ia pasti dianggap hanya perusak rumah tangga. Dan Nilam takut membayangkannya. Takut jika ia tidak diterima dengan baik. Membayangkan hal itu, Nilam semakin erat menggenggam tangan Arya. Keringat dingin mulai ia rasakan. Arya menggenggam erat tangan Nilam. Aku bersamamu, Nilam, gumam Arya dalam hati.
**********
Nilam dengan takzim mencium tangan wanita yang sudah melahirkan Arya. Ibu membalasnya dengan pelukan. Hal ini tentu saja mencairkan ketakutan Nilam. Nilam merasa diterima dengan baik.
Bercakap-cakap dengan Ibu, benar-benar membuat Nilam nyaman. Ibu banyak menceritakan tentang masa kecil Arya. Di luar dugaan Nilam, Ibu dan adiknya Arya menerima dengan baik. Cukup membuat Nilam tersenyum lega.
"Terima kasih, Ibu." ujar Nilam dalam hati. Di sebelahnya, Arya memeluknya erat. Masih banyak hal yang akan mereka hadapi dengan pilihan hidup yang mereka ambil. Keduanya tersenyum, siap menghadapi apapun di depan mereka nantinya.
#OneDayOnePost
Tags:
Cerpen
2 komentar
Ya ampun ini cerita apa mbak? Kok langsung baper aku. Huhuhu. Mbak lisa palinv bisa bikin cerita romantika keluarga.
ReplyDeleteCalon mantu kah Lis??
ReplyDelete