Tentang Daring




Sengaja kuberi nama Daring, agar selalu ingat di mana aku menemukannya dan membawanya tinggal di rumahku.



Daring kecil dengan warna putih seluruh tubuh, mata belekan, badannya sangat kurus, membuatku iba. Nggak tega mengeong tanda lapar saat aku menghampirinya. Di sebuah SD di daerah Cibinong, usai memberikan materi sebagai mentor pada kegiatan Guru Pembelajar, aku mengenalnya. Bulan Oktober tahun 2016.

Awalnya tak ingin mengadopsi, mengingat tubuh kurus dan matanya yang nyaris tidak terbuka karena belekan. Namun, sisi hatiku tidak tega membiarkannya di sekolah ini. Kubawalah dia dalam kardus. Aku katakan padanya, diam yaa, kita pulangnya jauh. Jangan bergerak. Dan benar saja, sepanjang jalan dia tidak mengeong. Entah tertidur atau apa.

Sesampainya di rumah, dia diterima dengan suka cita oleh ketiga anakku. Dengan telaten tiap hari kulap beleknya dengan air anget, kusemprot menggunakan nano spray. Seminggu kemudian barulah terlihat bola matanya yang bulat kehitaman. Sungguh cantik warna matanya.

Kini, Daring sudah menjadi kucing kesayangan keluarga. Walaupun di awal adopsi, ngajari disiplin agar pup di kamar mandi luar biasa susah. Mungkin karena usia pas kita adopsi sudah dua bulan. Agak lama Daring mengerti di mana ia harus pup dan buang air. Alhamdulillah, tak sampai sebulan dia paham.

Badannya makin bersih karena kumandikan. Aktivitas yang mungkin dibenci Daring di awal ikut kami. Tapi kini dia menikmati.

Setiap ada yang jahil dengan Daring, anakku yang kecil akan berteriak. Nggak rela pus kesayangannya ditendang atau dilempar batu. Syukurlah, ketiga anakku memiliki emrasa sayang terhadap binatang. Tidak hanya kepada kucing. Mereka nggak ingin temannya menyakiti binatang.

Daring, terima kasih ya, kehadiranmu menambah ramai keluarga kecilku. Memeliharanya mengajarkanku untuk lebih menyayangi makhluk ciptaan Allah. Sehat terus bersama kami ya, Daring. We love you.

#OneDayOnePost

Tags:

Share:

3 komentar