Tak Sehangat Pelukanmu (bagian 3)

"Kenapa? Jijikkah?" tanya Boni ketika melihat Miko hanya mematung.

"Kalau kamu nggak terbiasa dengan mencaridsri sampah, kamu akan lapar." Tambah Boni. Miko makin terdiam. 

Kalau Miko tidak mencari makanan itu dari tempat sampah, bagaimana ia akan mendapatkannya? Huh, perutnya sudah lapar sangat. Tapi bau tempat sampah kembali mengurungkan rasa laparnya.

Boni melihat Miko dengan sinis. 
"Silahkan berlapar ria kalau begitu."

Boni merebahkan tubuhnya beralas daun pisang kering. Ia mulai mengantuk. Tak diperdulikan lagi tentang lapar Miko. Bukan urusannya. 

Melihat Boni akan tidur, Miko makin terdiam. Mata Boni sudah mulai terpejam. Miko hanya melihat betapa pulasnya Boni. Perut Miko kembali bernyanyi. Bagaimana ia mengatasi rasa laparnya? Masa sih, ia harus mengikuti saran Boni. Mengais sampah untuk memenuhi perutnya yang lapar. 

Akhirnya Miko berjalan perlahan menuju tumpukan sampah. Banyak lalat terbang di atasnya. Bau menyengat mulai tercium. Miko menghentikan kakinya. Bau itu membuat perutnya mual.

"Ibu, aku lapar," lirih Miko berujar. Rasa rindu menyusup di hatinya. Saat ia lapar, biasanya Ibu akan memeluknya. Mengurangi laparnya. 

Miko berbalik arah. Tidak jadi mencari makanan di tempat sampah. Kembali berbaring di sebelah Boni. Biarlah lapar, nanti saja ia akan menunggu Boni bangun dan berburu makanan seperti janji Boni.


Bersambung...

#OneDayOnePost

Share:

2 komentar