Percakapan dalam Kelas


image:google

Ruangan kelas berukuran 8 x 8 meter ini sudah tidak menunjukkan geliat apapun. Semua yang sibuk dari pagi hingga siang sudah keluar. Pintu juga sudah tertutup. Menyisakan jendela yang tidak tertutup untuk membiarkan angin dari luar menggantikan udara yang ada dalam kelas.

“Hoam...rasanya badanku pegal sekali. Digeser ke kanan, ke kiri, kadang ke depan ke belakang.” kata sebuah suara memecah kesunyian. Ternyata itu adalah suara meja. Kursi yang ada di dekatnya ikut tersenyum.

“Benar sekali, Meja. Tubuhku sakit semua. Kamu tahulah, siapa yang duduk di badanku? Anak yang paling gendut.. nggak mau diam pula. Tubuhku selalu diayun dan bergoyang. Ingin sekali aku menjatuhkannya agar kapok menggoyangkan tubuhkku.” Panjang lebar Kursi mengatakan keluhannya.

“Ha...ha...ha...” terdengar tawa keras dari arah dinding. Pandangan berpindah ke depan. Mencari tahu siapa yang tertawa keras. Rupanya suara dari papan tulis berwarna putih yang menggantung di tembok.

Seketika papan tulis menghentikan tawanya. Merasa semua mata menatapnya dengan heran. “Ups...maaf, tertawaku membangunkan ya?”

Penghapus yang berada paling dekat dengannya mengangguk mengiyakan. “Apa yang membuatmu tertawa?” tanyanya.

Kembali papan tulis mengeluarkan suara khasnya. “Tentu saja aku mentertawakan kalian. Memangnya hanya meja dan kursi saja yang merasa badannya sakit semua?”

Semua yang ada di dalam kelas saling berpandangan. “Kamu juga merasa sakit?” penasaran penghapus mewakili penasaran lainnya.

“Iya.” Mantab papan tulis menjawab.

“Apa yang kamu rasakan?” kembali penghapus yang bertanya.

“Apa pernah kalian membayangkan digantung sepanjang hari, lalu dicoret-coret tubuh kalian? Pastinya sakit semua.”

Meja, kursi, penghapus akhirnya mengangguk. Mencoba memahami yang dirasakan oleh papan tulis.

“Kita di sini semuanya pasti capek, badan pegal semua. Tak ada yang enak sendiri. Karena kita harus memberikan manfaat untuk anak-anak yang belajar di kelas ini. Jadi jangan pernah mengeluh dan merasa paling capek sendiri.”  Nasehat sebuah suara yang tak lain adalah lemari yang penuh berisi buku-buku pelajaran.

“Benar, kita tidak boleh merasa paling capek. Semuanya pasti capek karena melakukan tugasnya masing-masing.” Lanjut lemari.

Semuanya terdiam setelah mendengar penjelasan lemari. Dalam hati membenarkan. Semuanya pasti lelah dan capek. Tapi ini adalah sebuah kewajiban untuk memberikan manfaat bagi anak-anak. Jadi, tak ada gunanya mengeluh bukan?


#OneDayOnePost

Share:

4 komentar