Semut Hitam dan Semut Rang-rang

Hasil gambar untuk gambar semut hitam dan rang-rang
google image


“Aku yang lebih besar, maka aku yang lebih berkuasa. Tentu saja tempat tinggalku lebih nyaman!” sahut semut Rang-rang dengan suara lantangnya. Mendengar hal tersebut, semut Hitam tak mau kalah.

“Tinggalmu di atas pohon. Bisa terbawa oleh angin. Hancur dan akhirnya kamu tak akan punya tempat tinggal lagi!”

“Kalau tertiup oleh angin, aku akan turun ke bawah. Tinggal di dahan yang lebih rendah.”

“Ha...ha...ha...berarti kau mengakui kekalahanmu kan? Sudah akui saja kalau tepat tinggalku yang ada di dalam tanah lebih nyaman!” ujar semut Hitam tertawa puas. Semut Rang-rang hanya berkacak pinggang dan menahan marah. Merasa tidak terima dengan pengakuan semut Hitam. Baginya tempat tinggalnya yang ada di atas pohon besar sangatlah nyaman. Bebas dari gangguan apapun.

“Hei, kalau kamu tinggal di dalam tanah kemudian ada banjir, maka rumahmu akan terbawa air hujan,” ledek semut Rang-rang masih tak mau kalah.

Semut Hitam terdiam. Dalam hati membenarkan perkataan semut Rang-rang. Seekor Siput yang melewati mereka terpaksa menghentikan langkahnya dan memerhatikan. Apa yang menjadi perdebatan mereka dari tadi. Setelah cukup mendengar perdebatan antara semut Rang-rang dan semut Hitam, Siput tertawa keras. Tawanya menghentikan adu mulut kedua semut. Serempak mereka melotot ke arah Siput.

“Ups...maaf. Habis kalian bertengkar tentang hal yang tidak penting.”

“Pentiiing...” jawaban kompak dengan nada suara yang tinggi mengagetkan Siput. Spontan Siput menutup telinganya. “Kalau tidak ada tempat tinggal, kami tidur di mana?” lanjut mereka masih bersamaan.

“Kamu sih enak, rumahmu kamu bawa kemana-kemana. Jadi tidak pernah memusingkan akan tinggal di mana.” Kata semut Hitam kepada Siput. Siput akhirnya menganggukkan kepalanya membenarkan perkataan semut Hitam. Ya, ia sangat bersyukur rumahnya tidak pernah ditinggalkan.

“Menurutmu tempat tinggal siapa yang lebih nyaman, Siput?” semut Rang-rang bertanya. Siput diam sejenak sebelum menjawab.

“Bagiku tempat tinggal kalian sama saja. Toh kalian sama-sama semut kan?”

“Berbeda tauuuk...” kembali Siput mendengar jawaban serempak dengan nada tinggi.

“Aish, kalian ini suka sekali berteriak.”
“Kalau kalian ingin tahu tempat tinggal siapa yang lebih nyaman, kenapa tidak mencoba bertukar tempat tinggal?” usul Siput.

Kedua semut saling pandang. Memertimbangkan usul Siput.

“Nggak mau...!” kembali suara yang memekakkan telinga terdengar sebagai jawaban dari usul Siput.

“Ya sudah. Aku hanya sekedar usul,” selesai mengatakan Siput berjalan menjauhi kedua semut.

“Kenapa kita tidak coba saja usul Siput? Supaya kita tahu tempat tinggal siapa yang paling nyaman.” Kata semut Rang-rang. Semut Hitam mengangguk setuju.

Malam itu akhirnya semut Rang-rang menginap di rumah semut Hitam, di dalam tanah. Di saat semut Hitam sudah tertidur dengan pulas, semut Rang-rang tak bisa memejamkan matanya. Sempit dan tidak bisa bernapas lega. Ia hanya berjalan berkeliling mengitari tempat tinggal semut Hitam.

Tetap nyaman tempat tinggalku, gumam semut Rang-rang. Meskipun berada di atas pohon.

Keesokan harinya semut Hitam yang tinggal di tempat semmut Rang-rang. Keadaannya tidak jauh berbeda dengan semut Rang-rang. Semut Hitam juga tidak bisa tidur. Bayang ketakutan menghantuinya. Takut jika terjatuh dari ketinggian pohon. Angin malam juga dirasakan semakin kencang saat ia ada di atas pohon.
“Aku minta maaf padamu, Semut Rang-rang. Ternyata tempat tinggal kita semuanya nyaman bagi kita sendiri. Maaf ya aku telah menjelekkan tempat tinggalmu.” aku semut Hitam keesokan harinya.

“Aku juga minta maaf. Melakukan hal yang sama kepadamu. Tempat tinggal kita tak bisa dibandingkan, karena kita sendirilah yang merasakannya.” Jawab semut Rang-rang.

Mereka berangkulan bahagia. Tak ada yang lebih nyaman selain tempat tinggal sendiri.


#OneDayOnePost

Share:

8 komentar