Ayo, Belajar Menjadi Pendengar yang Sabar
“Kakak
Bila, Dede kan diajak Wa Ita ke Karanggan hari Minggu kemarin,” kata Hawa
menceritakan kegiatannya.
“Sudah
tahu, kan De Hawa sudah cerita ke Kakak.” Jawab Bila.
“Emang
iya? Belum da,” Hawa masih membantah merasa belum menceritakan.
“Udah
Dede, di sana ada yang ulang tahun kan? Dede ngasih kado sabun mandi. Namanya
Putri yang ulang tahun.” sambil menjulurkan lidahnya menegaskan bahwa adiknya
sudah berulang kali mengatakan.
Terkekeh
Hawa mendengar jawaban Kakaknya. “Kakak gitu ih, kenapa nggak mau dengerin
ceritaku lagi!”
“Basi
tauk, De!”
Saya
yang sedang menemani El kecil bermain menjadi tersenyum. Sering saya mendengar
Hawa yang menceritakan sesuatu hingga berkali-kali. Yang sudah mendengar sampai
hafal jalan ceritanya. Sedangkan yang menceritakan merasa belum bercerita.
Untungnya kali ini tidak sampai pecah perang. Biasanya Hawa akan ngeyel
bercerita meski Kakaknya bilang stop!
“Kak
Bila dan Kak Hawa, sini deh!” panggil saya.
Bergegas
mereka mendekat. Mumpung El masih anteng dengan mainannya. Saya ingin
membicarakan kejadian barusan, agar tidak terulang.
“Ada
apa, Ummi?” serempak mereka bertanya.
“Ummi
bertanya ya?” tanpa menunggu jawaban mereka saya lanjutkan, “seandainya Kak
Bila lupa pernah bercerita kepada temannya lalu Kakak mengulang cerita yang
sama dan teman Kakak mengatakan seperti yang Kakak bilang ke De Hawa, bagaimana
perasaan Kakak Bila?”
“Kesel
sih, Mi. Kan bisa jadi Kakak lupa sudah pernah cerita atau belum.”
“Lalu
inginnya Kakak bagaimana?”
“Ya
didengarkan. Jangan disela!”
Saya
tersenyum. “Begitu juga perasaan adikmu. Saat dia ingin cerita lagi padahal
sudah pernah diceritakan, dia inginnya juga didengarkan. Tak perlu mengatakan
cerita tersebut sudah pernah atau basi.”
Kakak
Bila terdiam, kemudian mengangguk. “Kalau orang lain, Ummi?”
“Apalagi
orang lain. Menghargai orang lain salah satunya ya ini. Bersabar menjadi
pendengar dengan cerita yang sama, agar orang lain merasa senang. Suatu saat
Ummi juga akan menua, pasti akan lupa. Bisa jadi bercerita hal yang sama kepada
kalian setiap harinya. Sabar ya, nanti kalau Ummi menjengkelkan seperti itu.”
“Ummi,
Insya Allah Kakak akan sabar menjadi
pendengar,” kata sulungku yang lantas memelukku. Kakak Hawa ikut menghambur
memeluk. El kecil hanya bertetiak tatkala melihat dua kakaknya memeluk Umminya.
#OneDayOnePost
Tags:
Cerita Anak
Cerpen
11 komentar
Ahhh manis sekali ummi dlm memberikan pengertian...
ReplyDeleteSoalnya dua anakku adalah negosiator yg ulung, emaknya harus pinter2 cari kata..
ReplyDeleteSoalnya dua anakku adalah negosiator yg ulung, emaknya harus pinter2 cari kata..
ReplyDeleteMasyaAllah, luar biasa, bun.
ReplyDeleteBanyak belajar nih. Hehehe
Bekal nanti kalau sudah menikah. Eaaa
Ahaha
Betul, bun. Ainayya juga sering lupa kalau pernah cerita. Jadi sering diceritakan berulang... Ahihi
hmm... kl aq pilih diem, sambil ngeliatin yg cerita. "udah belum ceritanya?" haha... kalau belum, tak bantu lanjutin
ReplyDelete#senyum jahat
wkwkwk...de saki
Deletewkwkwk...de saki
Deleteemak-emak keren
ReplyDeleteHehehe...jd ingat ponakanku
ReplyDeleteHehehe...jd ingat ponakanku
ReplyDeleteTulisan begini nih... mbak lisa banget...
ReplyDelete