Di Bawah Jembatan
“Aduh!”
teriakku saat sekantong plastik besar menimpaku. Pasti ada lagi yang secara
sengaja menjatuhkan kantong kresek berbau ini ke sini. Padahal tempat ini sudah
penuh sesak dengan berbagai barang yang teronggok. Ada tumpukan karung bekas
dengan segala isinya yang tak pernah kutahu. Paling banyak mendominasi adalah
kantong-kantong plastik beraneka warna. Terikat dan sekali lagi, aku tak pernah
tahu apa isi di dalamnya. Semua yang dijatuhkan ke tempatku dalam keadaan
terikat.
Aku tak
ingat secara pasti kapan orang-orang di sekitarku mulai melakukan hal ini. Dengan
seenaknya menjatuhkan benda-benda yang tak kukenal ke tempatku. Bahkan orang
yang sengaja hanya melewati jalanku, lebih sering melakukannya. Bukan orang
asli sini yang aku kenal, tapi orang asing yang hanya sekedar lalu lalang.
Jembatan
ini memang bukan jembatan dengan air yang mengalir. Aku ada di sini, sebuah
jembatan yang di bawahnya kokoh dipasang rel kereta api panjang. Menghubungkan
ke arah kota menuju Jakarta. Hanya sesekali kereta melewatiku. Lebih sering
kereta barang yang mengangkut puluhan sak semen yang akan dikirim.
Aku hanya
sebuah tempat yang berada di bawah jembatan, di tepian rel kereta api. Tapi kini
aku mulai nampak tak nyaman dalam pandangan setiap orang yang lewat. Ada banyak
barang yang dijatuhkan. Banyak lalat mengerubuti tempatku. Kucing-kucing liar
sibuk mengais makanan sekedar mengenyangkan perutnya. Bau busuk selalu menyebar
ke sekitarku.
Ingin
berkata kepada mereka. Aku ingin menjadi bersih seperti dulu. Sebelum ada rel
kereta memanjang. Aku dijadikan tempat duduk orang yang berolah raga di pagi hari.
Atau anak-anak kecil yang berlarian. Aku lebih senang seperti itu. Bukan seperti
sekarang, berbau dan sangat jelek dilihat.
Kepedulian
orang di sekitarku tentang kebersihanku mulai tak ada. Hanya beberapa saja yang
aku dengar berteriak marah jika ada yang menjatuhkan kantong ke tempatku. Ah,
andai semua orang peduli dengan kebersihan. Tentunya aku tidak akan berbau dan
penuh lalat seperti sekarang ini. Tulisan di papan “DILARANG BUANG SAMPAH DI
SINI” nampaknya tak pernah berlaku bagi orang yang tak sadar akan kebersihan.
#OneDayOnePost
Tags:
Curhat
6 komentar
Ohh sungai yang Malang...
ReplyDeleteMbak lisa keren banget..baru tau pas terkhir kalau "aku" itu sungai..
ReplyDeleteKa Sas terkecoh. Alhamdulillah Ainayya selamat, hihi
DeleteKeren, bun lis
Yuhuuu... kejebak nih pembacanya
ReplyDeleteturut prihatin sama kondisi lingkungan saat ini..
ReplyDeleteKeren mbak lisa tulisannya yang ini beda dari tulisanmu yang biasa mbak..
ReplyDelete