Daring jadi Raja


Suara motor yang membawa sisa-sisa ayam di dalam gerobaknya membuatku sangat senang. Motor biru itu selalu menyisakan potongan ayam yang sudah dijualnya untuk aku dan kawan-kawanku. Kami berempat selalu setia menunggu kedatangannya.

Aku bertubuh paling besar di antara lainnya. Berwarna hitam hampir seluruh badanku. Ada warna putih di bagian kakiku dan sebelah mataku. Satu lagi yang sama jenisnya denganku. Berwarna abu-abu. Badannya dulu lebih besar dariku. Tapi karena seringnya ia merantau, akhirnya tak hanya penuh luka tubuhnya, tapi juga mulai terlihat kurus.

Dua lagi pesaingku untuk mendapatkan jatah sisa ayam adalah dua kucing betina. Berwarna belang dan oranye seperti warna wortel. Mereka berdua seringnya kalah olehku dan Abu-abu. Tentunya tubuh kecil mereka tak mampu bersaing denganku saat sisa ayam itu dijatuhkan ke tanah. Jika aku sedang berbaik hati dan merasa iba saja, maka akan aku bagi mereka.

Tapi tidak pagi ini. Ada satu lagi yang bakal ikut berebut dengan kami. Tubuhnya masih kecil, dengan warna putih di seluruh badannya. Kutaksir umurnya baru dua bulan. Belum punya pengalaman, pikirku. Gampang untuk disingkirkan jika ia berani merebut jatah ayamku, gumamku.

Ternyata aku salah menduga. Kucing kecil putih itu diberi nama Daring oleh Ummi – wanita yang selalu memberikan kami makanan saat sore hari -. Daring pernah ikut berebut sisa ayam dengan kami. Tapi suara Ummi membuat nyaliku dan yang lainnya menciut.

“Hitam dan Abu-abu!” lantang suara Ummi memanggil kami. Sekilas kepala kami menengok arah suara Ummi.

“Jangan sakiti Daring ya, dia kucing baru punya Ummi. Awas kalau kalian berani galak sama dia. Nggak ada lagi jatah makan buat kalian!” ancam Ummi.

Waduh, bisa celaka tujuh puluh kalau Ummi sudah memberi maklumat seperti itu. Kami tak berani berkutik. Akhirnya kami berempat hanya memandangnya jika Daring ikut merebut jatah makanku dari sisa ayam. Awalnya aku hanya bersungut kesal. Bagaimana dengan nasib perutku yang masih lapar? Sedangkan jatah makan dari Ummi baru aku dapatkan sore hari?

Syukurlah Daring hanya sesekali saja ikut bergabung. Selebihnya ia lebih suka hanya melihat perebutan yang kami lakukan. Mungkin makanan yang diberikan oleh Ummi lebih enak dibandingkan sisa ayam yang kami makan. Daring benar-benar jadi raja kecil di antara kami, kucing-kucing liar yang berkeliaran. Dan kami sangat senang dengan Daring, karena sisa makanan di pagi hari sering dibagikan kepada kami. Terimakasih Daring!


#OneDayOnePost 

Share:

7 komentar