Ketika Dewi Langit Menangis

Hujan ini, selalu mengingatkanku tentangmu. Segalanya yang berkaitan denganmu. Biasanya kau menyapaku dengan sapaan khasmu. Sedang apa? Melihat hujan, yuk! Seolah - olah kau ada di sampingku. Menatap hujan bersamaan, pada satu langit yang sama.

Sore ini, langit begitu berduka. Air matanya tumpah meruah memenuhi bumi. Membasahi siapapun yang tanpa atap berteduh. Aku ingin rasanya berada di bawahnya. Ikut merasakan bagaimana sedihnya Dewi Langit menangis.

Sepertinya perasaanku pun juga sama. Sama berdukanya dengan apa yang terjadi di langit sana. Maka ikutlah aku menangis, sekedar menemani Dewi Langit agar tak sendiri.

Kau ada di mana? Apakah bumi yang kau pijak sekarang ini juga sedang basah oleh air matanya? Ataukah kau sedang merindukanku untuk bersama-sama menghitung jumlah titik air langit yang jatuh? Mungkinkah engkau sedang menatap jauh menembus batas waktu saat jalanan tertutup buih air langit hanya untuk menyebut namaku?

Sukmaku saat ini mengangkasa, menembus langit, meneriakkan namamu agar engkau terbangun dari lelap sepimu. Lihatlah di sini, aku sungguh sendirian, tanpamu yang biasanya setia untukku. Biarlah ragaku kedinginan oleh hujan, asal jiwaku ada dalam genggaman kerinduanmu.

#OneDayOnePost
#Saathujanturundenganderas

Share:

10 komentar