Menari bersama Hujan
Tak kusangka dirimu hadir di
hidupku
Menyapaku dengan sentuhan kasihmu
Kusesali cerita yanng kini terjadi
Mengapa di saat ku telah berdua
Maafkan bila cintaku
Tak mungkin kupersembahkan
seutuhnya
Maaf bila kau terluka
Karena ku jatuh di dua hati
Maafkan bila cintaku
Tak mungkin kuperseembahkan
seutuhnya
Maaf bila kau terluka
Karena ku jatuh
Karena ku jatuh di dua hati
Lirik
lagu Cinta Dua Hati yang didendangkan oleh Afgan seolah menemani perjalananku
menyusuri jalanan. Satu dua tetes hujan beriring dengan tangisan langit
menambah suasana hatiku, bertambah hanyut dalam lagu yang kudengarkan dari MP3.
Lagu yang nyaris menggambarkan bagaimana keadaanku saat ini. Tak ingin bersedih
bersama hujan yang ramai berlomba mengguyur bumi, tapi entah kenapa setiap
sampai di lagu ini, tiba-tiba saja rasa sedih menyelimuti hatiku.
Perjalanan
untuk sampai di tujuan masih jauh, sedangkan aku masih di sini, terjebak dengan
hujan dan masa lalu. Slide masa lalu kembali hadir, seolah menari bersama hujan
yang masih enggan berhenti. Sengaja tak kulanjutkan perjalanan, kutepikan kuda
besi yang kunaiki, sejenak menunggu hujan. Duduk di emper toko yang sedang
tutup.
Slide
pertama mencoba hadir mengingatkanku tentang semuanya. Kugigit bibir bawahku. Ada
sesuatu yang mendesak dari sudut mata, meminta untuk segera keluar. Mencoba kutahan
agar tak menjadi tangisan seperti hujan di hadapanku.
“De,
kalau aku bilang tresno ke De, apa jawabanmu?” tanyamu saat itu setelah
kebersamaan kita yang baru seminggu. Tak kujawab, bibirku terkatub, bingung
harus menjawab apa. Aku tahu posisimu dan posisiku seperti apa. Kau mengulang
lagi pertanyaanmu.
“Apa
jawabanmu, De?”
“Harus
kujawab, Mas?” pelan aku mencoba menenangkan gemuruh yang tiba-tiba hadir di
hatiku. Bagaimanapun dia pernah menjadi seseorang yang istimewa. Meskipun dia
saat itu tak pernah mengungkapkannya. Namun aku tahu apa yang ada di hatinya
lewat matanya yang coklat.
Kudengar
helaan nafas beratmu. Aku tahu, ini berat bagi kita. Bukan hanya kamu, tapi
juga aku. Karena kita mampu merasakan hal yang sama.
“Sebetulnya
aku sudah tahu jawabanmu. Boleh aku tebak?”
Anggukan
kepalaku sebagai jawaban.
“Kau
masih mencintaiku. Benar?” berkata seperti itu, kau menggenggam tanganku. Menambahkan
kekuatan walaupun aku tahu, semuanya tak berarti untuk saat ini. Mataku menjawabnya
dengan butiran bening yang mengalir dari sudut. Aku menangis, bukan sesal
dengan semua yang baru saja dia ucapkan. Ada kemarahan di hatiku, ada bahagia
dengan ungkapan hatinya, tapi ada rasa takut dengan kenyataan.
“Maafkan
aku, De. Aku bukan laki-laki yang pantang menyerah untuk berusaha mencarimu. Kita
bertemu dengan kondisi yang sangat tidak enak. Maafkan aku.”
Tangisku
makin pecah. Tak ada yang bisa kukatakan. Semuanya sudah terwakili oleh air
mata. Genggaman tangannya kurasakan makin erat. Kulihat kilatan bening di mata
coklatnya. Dia juga menangis, hanya saja egonya sebagai laki-laki tentunya tak
akan ia lakukan.
“Maafkan
aku juga, Mas. Bukan salah kita. Bukan pula salah keadaan yang akhirnya
memertemukan kita seperti ini. Semuanya sudah menjadi catatan cerita kita. Tak usah
sesali apa yang sudah terjadi.” Panjang lebar aku berusaha membuatnya tenang. Untuk
diriku tentunya.
Kilatan
cahaya di langit dan bunyinya cukup membuatku tersadar dari slide masa lalu. Semoga
semuanya akan indah pada waktunya, tanpa perlu kita paksakan seperti keinginan
kita. Senyumku terbentuk seiring hujan yang mulai menari perlahan dan
menyisakan rintik-rintik.
#OneDayOnePost
Tags:
Puisi
14 komentar
Mba lisa penggemar afgan nih ? Sadis hehe
ReplyDeletehahaha
ReplyDeleteIni aku nya yg baperan apa tulisannya Mbk Lisa yg cukup oho dan membuat dag-dig-dug deer 😂😂
ReplyDeleteIni aku nya yg baperan apa tulisannya Mbk Lisa yg cukup oho dan membuat dag-dig-dug deer 😂😂
ReplyDeleteembuh mbak..pokok e nulis aja tadi
ReplyDeleteCah kae ... ihirrr :)
ReplyDeleteihiiiirr...preketiewww
Deleteihiiiirr...preketiewww
DeleteMembuka kenangan masa lalu nih mbak Lisa...
ReplyDeletewkwkwkwkwk...iyo to
ReplyDeletewkwkwkwkwk...iyo to
ReplyDeleteHaduh haduh... inget mantan. Ea...
ReplyDeletehaduh mba lisa mengingatkan saya sama mantan, minta balikan pulla?? siapa yg nggak kegoda???
ReplyDeletebaper ah mbak lisa
ReplyDelete