Raja di Hatiku

Kupeluk tubuh lelaki yang amat kucintai ini. Bersamanya selama empat tahun membuatku masih sering terkaget-kaget dengan sikapnya yang terkadang masih sulit kupahami. Tapi aku yakin, cinta di antara kita mampu merekatkan kembali jika kami mulai merasa jauh. Seperti sekarang ini. 

Aku membuatnya marah dan dia mendiamkanku. Hanya sekilas mengecup keningku sesaat setelah adzan subuh membangunkannya. Biasanya dia akan memelukku lama sambil membisikkan kata-kata yang selalu menerbangkan hatiku hingga langit ke tujuh.

Aku mencintaimu, Sayy, akan selalu mencintaimu.

Dan aku membalas pelukannya dengan manja. Aku sungguh mencintainya, jatuh cinta sejak dia menghitbahku.

Maka pagi ini, aku tak ingin marahnya berlanjut. Kupeluk dia dengan manja.

"Yank, udah dong marahnya. Lain kali aku nggak ketiduran deh, kalau Ayank lagi cerita. Habis suara Ayank seperti mengajakku untuk merem."

Raja di hatiku membalikkan badannya. Tubuhku yang lebih kecil darinya diangkat menghadapnya, duduk di kursi. Dia tetap berdiri menatapku. Ada cinta di matanya. Marah itu sudah menguap rupanya.

Dua tangannya mengunciku dari arah samping. Wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Bisa kurasakan hembusan napasnya. Kupasang tampang imut agar dia tak kembali merajuk.

"Dihukum ya, karena semalam meninggalkanku, merem duluan saat aku masih cerita." katanya sambil memencet hidungku.

Aku menghindar. Kucium pipi kanannya. "Asal hukumannya nggak berat."

Dia tertawa, memamerkan deretan giginya yang putih rapi berjejer.

"Sayy, aku tak pernah bisa marah denganmu. Hukumannya, temani aku nonton film di bioskop nanti malam. Siap Ratuku?"

"Siap, Yank," jawabku dengan memeluknya. Aku tahu, dia tak pernah mendiamkanku terlalu lama jika sedang marah. Sebab kami tahu, kami saling jatuh cinta, hingga kami tak ingin hati menjadi luka.



#OneDayOnePost

Share:

8 komentar